Selasa, 17 Juli 2012

princess wannabe part 1

Clap... aku membuka mata ku perlahan-lahan di hari ku yang cerah ini. Begitu ku buka mata 5 orang pembantu ku sudah berdiri didepan ku. Mereka berlima membawa tugas masing-masing. Bu minah membawa handuk untuk aku mandi, bu iyem yang membawa pakaian kotor ku,bu cici membawa baju seragam yang aku pakai, mba ine yang merapihkan kamarku dan sis lina yang membantu ku untuk berdandan. “good morning” sapa ku sambil tersenyum, mereka membalasku dengan senyuman yang tak kalah lebar dari senyuman ku. Ya begini lah kehidupan ku terlahir dari keluarga yang bisa dibilang berlebihan dengan harta. Dari kecil aku selalu dimanjakan oleh kedua orang tua ku dan sudah dari kecil aku berteman dengan mereka berlima setiap harinya. Walaupun begitu bukan berarti orang tua ku seperti yang kalian pikirkan saat ini sibuk dengan dunia sendiri. Kenyataan nya engga , aku sering sekali kumpul dengan orang tua ku untuk bercerita dan mereka tidak pernah kenal lelah walaupun sehabis pulang bekerja mereka selalu mendengarkanku. Walau pun hidupku yang sempurna seperti ini namun disekolah aku tidak mempunyai teman dekat yang ada mereka hanya berteman padaku hanya karena aku orang kaya namun sama sekali tidak ada yang mendekati ku karena tulus. Setelah selesai dengan kelima orang ini aku turun dari kamarku yang dilantai 3 untuk bertemu dengan kedua orang tua ku yang sedang menunggu di meja makan. Satu peraturan yang tidak pernah boleh dilanggar adalah sesibuk apapun kami , kami harus bertemu untuk sekedar makan pagi atau malam. “morning mom, pap” sapa ku sambil mengecup kedua pipi orang tua ku. Mereka tertawa melihat tingkah ku yang masih seperti anak kecil. “wow, what a wonderful morning here because your smile” goda papah ku. Kami berbincang-bincang ringan sampai akhirnya kita semua harus berangkat melanjutkan aktivitas kami semua. Seperti biasa aku menaiki mobil limousin yang selalu membawa ku kemana-mana. Walaupun dengan naik mobil ini cukup menarik perhatian namun aku sudah biasa dengan cara orang lain memandangku. Begini lah hidup ku dan aku tidak merasa aneh. Sampai disekolah my fanboy membukakan pintu mobil dan like a princess mereka menggelar karpet merah untuk ku. Hello aku lupa satu hal my fanboy terbentuk saat aku pertama masuk sekolah ini, bukan hanya karena aku kaya tapi karena aku juga cantik like a princess they said. “wow, you look great princess” kata salah satu fan boy ku. Aku tersenyum tersipu yang membuat mereka malah semakin tergila-gila. Seperti layaknya putri sungguhan para fanboy ku pun selalu menjadi bodyguard ku. Mereka bilang jika aku tidak ditemeni mereka bisa jadi ada seseorang jahat yang menculik ku dan aku sama sekali tidak keberatan. “aduh kenapa disini panas bnget”keluh ku sambil mengipasi diriku dengan tangan. Para fanboy ku langsung panik mereka mencari cara untuk membuat ku tidak panas. “bukan karena itu, tapi penuh banget disini jadi panas” keluh ku dan hanya satu detik setelah aku bicara para fanboy ku langsung mengusir orang2 dikelas agar mereka pergi dulu. Aku mengeluarkan jempol ku dan tersenyum kepada mereka. muka mereka langsung merah seperti udang yang membuat ku tertawa. Just maybe inilah yang membuat tidak ada yang mau menemaniku , mungkin karena tingkah ku yang seperti princess dan suka membuat pacar mereka berpaling kepada ku hanya dengan satu lirikan memebuat para perempuan disekolah ini membenciku . bahkan para senior pun yang membenci ku tidak bisa berbuat apa-apa selagi para fanboy ku menemaniku. Tiba-tiba suara langkah kaki mulai mendekat dan setelah itu terdengar suara pintu dibuka. Mata ku membelak melihat pintu, siapa yang berani melawan ku. Seorang lelaki yang cukup bisa dibilang biasa berani melanggar perintahku. Dia dengan tenang nya masuk dan duduk di bangku nya tanpa melihat kearah ku. Apa dia ga liat aku apa pikirku dalam hati. Aku melihat kerarah fanboy ku dengan muka memohon. Dan seperti nya para fanboy ku mengerti mereka bangun dan langsung menuju ke meja laki-laki itu. Dari kejauhan aku melihat kalau sepertinya laki-laki itu tidak mau bangun dan malah berdebat dengan fanboy ku. “yah, are you deaf? Gue kan nyuruh semua orang pergi” teriak ku tidak sabar Laki-laki itu melihat ku dengan tatapan ‘apa sih?’ “helow lo ga denger?” teriak ku lagi “omo princess jangan teriak nanti tenggorokan mu sakit” kata adit salah satu fanboy ku “dia nya nyebelin banget sih” kata aku sambil cemberut. Cemberut ku itu mengadung satu hal yang berarti aku sudah benarbenar kesal dan mau ga mau dan dengan cara apapun para fanboy itu harus mengusir laki-laki itu pergi. Dengan sigap para fanboy menarik tangan laki-laki itu untuk pergi. Laki-laki itu melawan namun para fanboy ku pun tidak mau kalah. “yah apa-apaan kalian!” teriak seseorang. Oh ternyata pa ipul guru sejarah yang sangat galak datang itu berarti bell sudah bunyi dan bisa terlihat anak-anak yang lain ingin segera masuk “kami mau mengusir dia karena dia membuat our princess marah” kata fanboy ku “apa? Laura?” tanya pa ipul. Aku melihat pa ipul dengan sebal, “okay,cukup semua kembali kesini” kata ku sambil dengan muka sebal. Semua kembali seperti semula anak-anak duduk dengan tertib namun pa ipul masih melihat ku dengan sangar. “apa lagi ?” tanya ku tidak sabaran “itu kenapa mereka duduk seperti itu?” tanya pa ipul. Aku melihat kanan kiri ku . tidak ada yang salah para fanboy ku memang selalu duduk seperti ini. Mereka selalu ingin duduk sebelahan dengan ku walaupun dengan cara yang maksa seperti ini. “kami tidak mau duduk terpisah, nanti princess kami di culik” kata fanboy ku membela aku. Aku tersenyum sambil memberikan blow kiss yang membuat beberapa pingsan ditempat. “okay terserah kalian “ kata pa ipul yang terlihat lelah berdebat dengan ku . aku tersenyum menang dan aku memang selalu menang kan. aku tersenyum bangga saat melewati segerombola orang-orang yang lalu lalang melihat ku seperti aku ini sebuaah putri. walaupun pada akhirnya aku benci lihat wajah-wajah para perempuan yang melihatku dengan tatapan murka. "aku haus dan cape. kita istirahat bentar yaaa" pintaku pada fanboy ku. otomatis meerka mengambilkan ku kursi dan minuman dingin. setelah menenggak beberapa kali aku pun bangun namun ketika melewati pintu seseorang langsung lewat dihadapanku yang membuat gelas plastik yang ada ditanganku melayang ke baju si empunya. "upsss..." kata ku begitu melihat jus jeruk segar nempel di baju laki-laki itu. aku mengadah ingin meminta maaf namun begitu kulihat wajah nya rasa bersalah ku berubah menjadi sebal. "ternyata kamu" kata ku

l.o.v.e

Rasa mencinta seseorang itu sangat menyakitan. Apalagi kalau kamu tahu bahwa orang yang kamu cintai secara perlahan-lahan menghilang dan meninggalkan mu sendirian bersama kenangan dengannya. Aku adalah ayu lestari. Seorang pelajar SMA yang sangat gemar mencari kesibukan untuk mengisi waktu luang. Kebanyakan aku mengisi waktu luangku tersebut dengan mengisi accara di radio, ikut eskul di sekolah yang memakan waktu sampai sore dan mengikuti les. Aku termasuk anak yang pendiam, pendiam bukan dalam arti aku tidak suka berbicara melainkan aku tidak suka seperti anak remaja yang lain yang suka mengikuti gerakan, ucapan ataupun model yang sedang trend. Aku lebih suka gaya yang kalem dan tidakk neko-neko. Disekolah juga aku hanya mempunysi 1 sahabat yang selalu menghiburku disaat aku sedih ataupun susah. Aku terlahir dari keluarga yang sangat sempurna. Aku mempunyai ibu dan ayah yang sangat sayang kepada ku. Suatu hari disekolah tepat nya waktu istirahat aku pergi ke kantin bersama sahabat ku Nita. Di sepanjang jalan kami berbicara tentang berbagai macam topik. Mulai dari pelajaran sekolah sampai nita yang bercerita tentang lelaki yang baru ia temui saat berangkat sekolah yang mebuatnya jatuh cinta untuk pandangan pertama. Aku hanya bisa tersenyum menanggapi celotehannya tentang betapa ganteng muka nya hingga postur badannya yang sempurna. Sebenernya aku agak iri dengan sahabat ku ini. Sampai sekarang aku belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Mungkin karena kesibukan ku aku tidak sempat untuk yang namanya jatuh cinta. Sampai di kantin nita izin kepadaku untuk ke toilet sebentar karena adanya panggilan alam. Terpaksa aku yang mencari tempat duduk dikantin. Aku benci dalam mencari tempat duduk dikantin. Kenapa, karena kantin begitu penuh dengan orang-orang. Namun dari kejauhan aku melihat sebuah meja yang kosong. Aneh kenapa orang-orang tidak mau duduk di situ, tanya ku dalam hati. Aku langsung menuju meja tersebut dan segera duduk dan yang aneh nya orang-orang dikantin mengalihkan pandangannya terhadapku. Mata mereka ada yang seperti ketakutan, ada mata yang menyuruhku untuk segera pindah dari meja itu dan ada mata dari anak cheer yang tersenyum puas seolah-olah aku sedang masuk kandang macan. Dan pertanyaan ku terjawab ketika ada suara berat langkah kaki menuju kearah ku. Aku pun segera menengok dari mana suara itu berasal dan...crap! ada seorang laki-laki berdiri di hadapan ku. Aku mengadahkan kepalaku untuk melihat wajahnya. Ya Allah aku berharap waktu agar bisa di ulang kembali dan aku berharap tadi aku tidak berbalik kebelakang untuk melihat wajahnya. Padangannya sangat tajam seolah-olah pandangan nya itu seperti pisau yang sedang menuju ke arah ku. ”ngapain lo disini?” tanya sang pemilik mata pisau itu. ”d.d.duduk” jawab ku gemetaran ”bangun lo, pindah dari sini”bentaknya sambil menarik lengan ku untuk berdiri. Alis aku mengkerut mendengar nada dan gerakan nya yang besikap bossy. Aku menarik lengan ku dari tanganya dengan kasar. ”ngapain, main nyuruh-nyuruh ajah kaya ini meja lo. Siapa cepat dia dapat dong” jawab ku dengan nada menyebalkan dan duduk kembali seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Aku bisa mendengar teman- teman di belakang laki-laki ini tertawa kecil mendengar perkataanku. Tapi aku tetap diam saja sambil membaca menu yang ada di meja. Tiba-tiba aku merasakan air mengalir dari kepalaku. Aku sempat berpikir apakah ini hujan. Namun ketika aku mengadah keatas ini bukan hujan melainkan air dari botol yang sengaja ditumpahkan untuk ku yang tidak lain pelakunya adalah kali-laki ini. Aku berbalik lagi ke arah diman laki-laki itu berdiri dengan muka marah. Laki-laki itu maju satu langkah kearah ku. ”lo ga liat ini meja gue, back off” katanya dengan nada seperti berbisik dan aku melihat senyuman menyeringai dari wajahnya. Plakkk............. aku menampar wajah nya sangat keras. Teman-teman yang ada di belakangnya berhenti tertawa digantikan dengan mulut terbuka karena shock dengan perbuatan yang aku lakukan. ”ini balesan karena udah buat gue basah”kata ku sambil pergi dari kantin ini. Di pintu aku bertemu dengan nita yang wajah nya shock juga. ”loh yu. Kenapa lo basah?” tanya nita sambil mengikutiku dan berjalan menyamai langkahku. Aku hanya diam saja tidak menanggapinya karena pikiran ku yang kacau. Aku langsung mengambil tas di kelas, dan segera pulang kerumah. Keesokan harinya... Gara-gara kemarin sekarang aku terkena flu. Kepala ku teras pening. Namun aku paksakan untuk berangkat sekolah karena ada ulangan kimia. Sesampainya disekolah, aneh ucapan pertama yang aku lontarkan. Tidak tahu kenapa namun atmosfer disekolah sangat aneh. Biasanya orang walaupun tidak kenal aku selalu menyapaku namun ini tidak mereka bertindak seolah-olah aku tidak ada. Samapi dikelas aku langsung menuju tempat dimana nita duduk. Aku senyum kepadanya namun ia hanya memandangku dengan pandangan kesal. ”napa nit?” tanya ku sambil duduk di kursi sebelahnya. Tiba-tiba nita memukul lenganku. “napa si nit, main pukul ajah. Emank gue salah apa sama lo. Sakit tau” keluh ku sambil mengelus lengan yang tadi dipukul nita. ”lo bodo ya. Tau ga siapa yang kemarin nyiram lo?”tanya dengan nada tinggi. ”ga tau” jwabku polos ”doni, ayuuuu. Dia penguasa sekolah ini. Lo ga liat remaren itu lo duduk di meja nya dia” “meja dia dari mana ya gue ga tau. Ni kan sekolah umum bukan punya dia” ”sekolah umum si umum tapi dia tuh penyumbang terbesar disekolah ini. Belum lagi temen-temennya yang orang kaya. Ah parah lo, ngajak ribut anak kaya gitu. Bisa mati lo” kata nita ”duh..its everything gonna be alright nita. Orang sekarang juga ga kenapa-napa tuh” ”Ga kenapa-napa gimana,lo ga liat kelakuan semua anak sekolah yang aneh gini. Mereka semua kan pro ma doni” ”ya udah bodo amat akh” jawab ku sambil keluar untuk membeli minuman. Aku memesan jus alpukat ke mbok minah. Ketika di perjalanan ke kelas. Hp ku bergetar yang menandakan ada sms. Dan sms itu dari nita yang memberitahukan ada guru di kelas. Aku langsung meuntup hp ku dan siap berlari. Namun aku menabrak seseorang, hp ku jatuh. Aku mengadah keatas dan otak ku langsung menangkap wajah yang ada di hadapan ku doni. Parahnya lagi jus alpukat yang baru aku beli tumpah tepat disepatunya.upsss.. ”maap....” kata ku langsung tanpa melihat wajahnya ”maap. Tumben lo bilang maap. Heran gue, kenapa tiap ketemu lo gue sial mlulu” bentaknya “maap..” hany itu yang bisa aku ucapkan. Jujur aku sangat takut pada keadaan ini sehingga aku tidak melihat ke arah wajahnya. ”jadi pembantu pribadi gue”katanya datar ”apa?” Tanya ku sambil mengadah ke atas untuk melihat wajahnya “kalo lo mau minta maaf ke gue, jadi pembantu gue” “kalo gue ga mau” tantang ku sambil berdiri “gue ga tau lo bsa sekolah lagi disini atau engga” jawabnya santai. Lalu pergi melepaskan sepatunya dan melempar kearahku. Aku langsung mengambil hp ku dan meninggalkan sepatunya, pergi kekelas dengan pertanyaan yang masih berkecambuk di kepala ku. Setelah kejadian itu. Hari-hari disekolah ku tidak tenang. Setiap hari aku mendapat banyak sekali cemohan. Aku dikeluarkan dari eskul ku tanpa alasan yang logis. Hidup ku serasa sangat susah sekarang. Apa mungkin gara-gara doni. Aku masih ingat dengan ucapan doni jika aku tidak menjadi pembantunya mungkin aku tidak bisa sekolah disini. Dan aku masih ingat dengan ucapan nita yang mengatakan bahwa semua murid disini pro dengan doni. Setiap aku bertemu dengan doni. Doni hanya memandangku dengan pandangan menghina. Puncak bully nya adalah ketika pulang sekolah. Hari itu aku seperti sudah ga bisa yang namanya merasakan tubuh. Tubuh ku kaku karena babak belur. Sampai dirumah pun aku terkapar di kasur, mamah ku menangis melihat kondisi ku. Namun aku hanya mengatakan karena terjatuh. Mana mungkin aku bilang kepada orang tuaku kalau aku habis dikerjain teman-teman ku. Keesokan harinya tubuh ku sudah agak membaik. Hari ini aku berniat menyetujui permintaan doni. Aku rela asal orang-orang ini berhenti mengerjainku. Maka pagi-pagi aku langsung berangkat dan menuju kelas doni. Doni seperti terkejut melihat ku, aku maju kearah doni. Kami berdiam diri saling menatap satu sama lain untuk sesaat. ”ayo buat perjanjian, gue mau jadi pembokat pribadi lo seminggu. Asal lo berentiin fans lo buat ngerjain gue” kata ku dengan lantang. Doni diam mendengar perkataanku. Namur sekilas senyuman mengembang diwajahnya ”make it 2 week. Baru deal” katanya dengan senyum yang lebar. Baru pertama kalinya aku melihat doni tersenyum seperti itu. Memang dulu kami tidak pernah bertemu. “fine. Dua minggu” kata ku. Dan ingin segera pergi. Namun doni menghentikan langkah ku. ”nama lo sapa? Gue belum tau” teriaknya . oh ya selama kita bertemu. Kita ga pernah yang namanya ada acara kenalan atau apapun. ”ayu” jawabku singkat dan langsung pergi menuju kelasku. Aku benci pelajaran ini. Itulah kata-kata yang aku ulang di pikiran ku ketika mengerjakan pr fisika. Tentu saja aku tidak sempat mengerjakan pr karena kondisi aku kemaren. Karena terlalu fokusnya pada soal di buku ku, aku sampai terkejut ketika merasakan getar didalam kantong ku. Ternyata sms. ”hei buruan kekelas gue, penting!!!!!!!!!!” mata ku menyerengit ketika membaca sms itu. Sms tidak bernama yang seenaknya saja menyuruh orang. Namun otak ku langsung bekerja bahwa itu adalah doni. Aku langsung lari ke kelas doni. Dan crap disana aku melihat doni sedang mengobrol dengan teman-teman orang kayanya itu. Dengan langkah berat aku menuju tempatnya. Tanpa melihat padaku dia langsung menjulurkan uang 50 ribuan. ”apaan ini?” tanya ku dengan nada ketus ”beliin gue minuman” jawabnya singkat masih tanpa melihat kepada ku. Aku memandangnya dengan tatapan tidak percaya dan aku terus mengumpat dalam hati dengan kelakuannya sampai doni sadar bahwa aku sama sekali tidak beranjak pergi. ”ngapain masi disini?” tanya nya. Memang nadanya masih ketus tapi setidaknya dia melihat kearah ku. ”lo nyuruh gue kesini. Cuman buat bliin lo minuman. Lo kan punya kaki, beli sendiri napa?” tanya ku ”buat apa beli sendiri kalo gue punya pembokat?” tanya dia balik. Mendengar omongannya semakin membuat emosi ku terpancing, Namur aku harus menahannya, aku menghembuskan nafas pelan-pelan dan berjalan dengan langkah yang sengaja di hentakan membuat semua orang yang ada dikelas melihat kearah ku. Namur aku tidak mau tahu, aku Cuma ingin doni tau kalau aku kesal. Namur karena terlalu fokus dengan menghentakan langkah, aku tidak sadar didepanku ada pintu dan brakkkkkkk….. aku menabraknya. Aku menoleh kebelakang dan melihat semua orang tertawa kecuali doni yang hanya melihat ku seperti melihat orang aneh. Aku langsung lari karena malu. Setelah membeli beberapa minutan dan snack untukku aku kembali kekelas doni dan menaru minuman tersebut diatas meja dengan keras membuat teman-teman doni terkejut. “ni pesenan lo, gue mau pergi”kata ku. Sambil jalan ke kelas ku, aku terus mengelus jidatku yang tadi terbentur pintu. Mungkin karena benturannya begitu keras, jidatku terasa sakit dan aku merasakan ada benjolan yang timbul di jidatku. Aku langsung menutupinya dengan poni ku. Tiba-tiba ada sms masuk ”kompres tuh jidat pake es, gue ga mau punya pembokat jelek” Aku tertawa kecil membaca sms dari doni. Pulangnya aku disuruh doni untuk menunggunya di gerbang. Dia bilang setiap hari aku harus nemenin dia pulang. Nemenin emanknya dia bayi pikirku. Setelah menunggu cukup lama dengan panas matahari yang menyengat sang doni pun muncul dengan muka yang bisa dibilang jutek sekali. Begitu melewati ku dia hanya berhenti sebentar dan kemudian jalan lagi keparkiran meninggalkan ku di belakang. Terpaksa aku mengikutinya keparkiran. ”don, masa tiap hari gue nganterin lo kerumah buat apa si?” ”masakk” jawabnya singkat sambil memakai jaket ”hah? Masak? Napa ga pembantu beneran lo. Gue ga bisa masak” ”ck... bawel buruan naek” katanya sambil melempar helm. Sepanjang perjalannan menuju rumahnya. Cemberutku semakin menjadi-jadi, karena doni selalu menjawab pertanyaan ku dengan ketus. Sampai dirumah aku masih cmberut ajah dan menolak masuk rumahnya dengan berdiam diri di depan rumahnya. Doni sadar akan gerakan ku yang menunjukan bahwa aku kesal dengannya. Dia bergerak maju kehadapan ku dan hal yang tidak kuduga sebelumnya dia menarik tas ku sehingga aku tertarik kedalam rumahnya. Setelah aku masuk kerumahnya. Dia menutup pintunya dan berjalan menuju kulkas mengambil minuman dingin dan meminumnya. Aku masih menatapnya tidak percaya. ”ada ya, manusia kaya gini” gerutu ku dengan nada berbisik sambil menghempaskan diri duduk disofa. ”gue denger omongan lo tau” kata doni dari jauh ”ko bsa denger si?” tanya ku pada diri sendiri maih dengan nada berbisik ”dengerlah, lo kalo mau ngegerutu pelannin dikit donk. Ngomong udah kaya lagi teriak-teriak” katanya sambil duduk disebelah ku dan memberikan minuman. Aku langsung menerimanya dan meminum. Tidak terasa ternyata aku sangat haus dan dalam sekian detik minuman itu habis. Doni sedikit terkejut dngan kelakuan ku kemudian dia tertawa mengece. ” kalo lo masih haus tuh ambil di dapur. Kalo masih kurang kolam diluar ada” katanya masih dengan nada mengece. Aku bangkit dari sofa dan mengambil minuman kembali. Sambil menenggak aku mendengar doni bicara. ”seperti yang lo liat gue bukan tinggal di rumah tapi di apartemen. Orang tua guue tinggal dilur negeri. Kalo lo mau nanya kenapa gue ga ngambil pembantu, karena gue ga suka ada orang lain di rumah gue. Ngerti?”tanyanya “hm” jawab ku singkat. Masih menangkap apa yang dibicarakannya. “nah Sekarang lo masak buat gue, gue laper” katanya ”tapi don....” ”ga da tapi-tapi buruan laper” katanya dan kemudia tidur disofa. Aku bingun ingin memasak apa karena sumpah yang bisa aku masak air, mie, telor, ayam dan nasi goreng. Ga mungkin kan siang-siang makan nasi goreng. Maka setelah berpikir cukup lama aku memutuskan memasak mie. Setelah jadi aku menata meja makan dan membangunkan doni. Reaksi doni setelah melihat masakan yang aku buat hanya diam dan menatap makanan itu. Aku menarik nafas dalam-dalam dan siap mendengar celotehan doni. Dan seperti yang ditunggu-tunggu doni mulai mencak-mencak. Dan menyuruhku untuk belajar masak. Setelah selesai adegan makan siang dengan ceramahn yang cukup pedas. Aku pulang dari rumah doni sekitar pukul 4. dan pulang sendiri lagi. Memang rumah doni dan rumah ku tidak terlalu jauh hanya beda blok. Namun bagaimana mungkin aku ga tau apartemen ini padahal aku sering sekali lewat sini sepulang radio. Hari-hari ku sekarang bisa dibilang sangat sibuk tanpa perlu aku mencari kesibukan. Setiap istirahat doni selalu memanggilku dan alasannya beliin minuman, makanan dll. Siangnya pulang kerumah doni. Keahlihan memasakku semakin handal, karena setiap hari aku selalu belajar memasak. Tentu saja siapa coba cewe yang ga malu kalo dibilang ga bisa masak. Semakin lama aku berdekatan dengan doni rasa benci ku terhadap dia semakin memudar bahkan yang lebih aneh setiap aku berdekatan dengannya jantung ku berdetak kencang.Namun ada hal yang membuat ku sedih yaitu selama aku dekat dengan doni, doni tidak pernah yang namanya menceritakan tentang dirinya atau keluarganya. Setiap kami mengobrol well bisa dibilang aku mengobrol sendirian karena doni tidak pernah merespon pembicaraan ku paling hanya diam saja. Suatu malam aku terpaksa diam dirumah doni untuk mengerjakan pr matematika, maklum aku paling lemah dalam pelajaran ini, dan menurut nita doni lumayan pintar dalam pelajaran matematika. ”don, lo punya adik ga?” tanya ku secara spontan. “hmmm…”jawabnya sngkat. Karena dia sedang fokus pada soal matematika ”ce/co?” tanya ku ingin tau lagi “ce, napa si lo nanya-nanya?” sentak doni melihatku dengan muka nya yang jutek “just curious, cantik ga. Sekarang dia dimana?” “ yang jelas lo gada apa-apanya ma dia.” Jawabnya sambil tersenyum menyeringai “bete lo!!” balas ku sambil berdiri untuk membereskan buku-bukuku. Doni menyerengit kan alisnya melihat kelakuanku dan menarik tangnku untuk duduk kembali. Aku yang lebih lemah daripada doni menyerah duduk namun tidak menghadap ke arahnya ”mau kemana lo?”tanya nya ”pulang, bete disini” jawabku singkat Keadaan sempat hening beberapa detik setelah itu doni tertawa keras. Aku bingung dengannya apa dia kesurupan pikiran itu langsung ada dibenakku. Saking terlalu keras doni sampai tiduran menahan perutnya. Mulut ku terbuka tidak percaya melihat doni. Aku menarik nafas dan berdiri meninggalkan doni. Baru 5 langkah dari rumah doni, tangan ku tertarik seseorang dan orang itu doni. ”sorry-sorry. Bis lo lucu sii Cuma dibilang jelek ajah marah” katanya. Mukanya merah karena masih menahan ketawa ”ya bukan masalh itunya si don, gue kan Cuma mau tau adik lo, malah ngece gue gimana si” balas ku masih dengan nada marah “hehe soru-sory gue anter ya udah malem” katanya sambil menarik tanganku. Tidak melepaskannya. Entah mengapa aku sama sekali tidak merasa aneh saat doni mengenggam tanganku malah itu terasa hangat. jantung ku mulai berdetak kencang. Aku takut doni bisa mendengar detak jantung ku yang tidak beraturan. Namun beberapa saat kemudian aku sudah bisa relax dan jantung ku berdetak normal kembali Diperjalanan kami sempat berhenti di taman kanak-kanak dan bermain ayunan. Disana setelah aku membujuk doni untuk menceritakan kehidupannya akhirnya doni cerita. ” lo jangan kaget denger cerita gue. Nyokap ma bokap gue cerai waktu gue umur 5 tahun , mita 3 tahun. Orang tua gue selingkuh, tepatnya nyokap gue. Nyokap gue adalah ce yang ga bisa bertahan sama satu co. Bokap gue tau sebenernya dari dulu tapi dia diem ajah sampe suatu hari bokap gue ngeliad ada co keluar dari kamer nyokap gue. Bokap gue ngamuk-ngamuk dan langsung minta divorce ma nyokap gue. Nyokap gue bawa mita dan sekarang tinggal di itali gue ngikut bokap. Pasca divorce bokap gue stress sampe pas gue umur 7 tahun bokap gue nemu cewe dan akhirnya nikah. Nyokap baru gue orang amerika dan tinggal disana terpaksa bokap gue mindahin semua pekerjaannya kesana dan tinggal disana. Gue ga mau ngikut bokap gue.” katanya. Doni menggit bibirnya seperti menahan diri untuk tidak menangis. Melihat dan mendengar ceritanya membuatku merasakan kepedihan hidupnya. Aku mengulurkan tangan untuk menggengam tangannya menenangkanya. Doni melihat ku sambil tersenyum kemudian balas mengenggam tanganku ” berarti lo ga kenal adik lo donk don?” tanya ku setelah doni sedikit tenang. Doni tertawa kecil dan mengelus rambut ku dengan tangan satunya lagi. Tangan nya masih mengenggam tanganku. ”bodo. Gue kenal ma adik gue. Tiap bulan dia dating kesini. Tiap malem juga kita email-email atau webcam kali”. Mulutku hanya membentuk huruf ’O’ mendengar penjelasan doni. ”hidup gue bosan banget tapi sekarang menurut gue ga, coz gue punya pembokat yang jelllleekkkk” kata doni sambil melirikku. Mau tidak mau aku hanya ikut tertawa mendengar pernyataannya yang menurut aku lucu. Aneh malam itu aku merasa sangat nyambung dengan doni, karena percakapan kali ini bukan Cuma aku yang berbicara tetapi juga doni. Setelah mengobrol cukup lama doni mengantarkan ku pulang dan berbicara kepada orang tua ku alasan aku pulang malam. Ibuku sepertinya tidak bisa ngomong apa-apa karena terpesona dengan wajah doni dan caranya berbicara sopan sedangkan dengan ku tidak sesopan itu . Keesokan harinya doni tidak masuk sekolah, aku menelepon dia tidak jawab dan dirumahnya pun tidak ada orang. Aneh, doni tidak biasanya seperti itu dia selalu mengabariku jika ia tidak masuk walaupun Cuma sms singkat yang dibelakangnya selalu ada tanda seru. Sudah dua hari doni tidak masuk, rasa khawatirku semakin menjadi-jadi sehingga malam nya aku tidak bisa tidur. Jam sudah menunjukan pukul 1. mataku masih saja terbuka lebar menatap layar hp.. tiba-tiba hp ku bergetar yang menandakan ada telepon. Doni. Aku langsung mengangkat nya. ”halooooo” seruku ceria ”seneng banget gue telepon. Nungguin gue nelpon ya”godanya ”geer banget lo.. kemana aja lo. Kok ga masuk?telepon juga ga aktif” ”gue ada urusan, gila pesan lo banyak bnget 50 sms,20 voice message. Ckckck apa lo segitu kawatirnya ma gue?”godanya lagi ”akhhh kalo lo nelpon buat godain gue, gue tutup udah malem”bales ku. Pura-pura kesal dengan candaannya itu. ”wait. Bisa keluar ga?” tanya nya. Nadanya serius ”uda malem mau kemana?”tanya ku. ”kemana aja. Buruan dingin ni!” rayunya ”hah. Emank lo ada dimana?” tanya ku “gue udah ada didepan rumah lo, buru” Aku lansgsung berlari keluar dengan tanpa suara takut mebangunkan orang tua ku. Begitu membuka pintu aku langsung melihat wajah pria yang sangat aku ingin temui sedang tersenyum kepada ku.. Dia masih menggunakan piama dan jaket. Aku sempat tertawa kecil ketika melihat dia memakai piama spongebob. Lucu dan kekanak-kanakan. “ayo naik”ajaknya. Aku langsung menuju motornya. Senyum tidak pernah lepas dari wajahku. Kami berjalan memutar-mutar kota. Ternyata jalan-jalan tengah malam tidak buruk juga. Memang rasanya agak menyeramkan dan sangat sepi namun karena aku bersama doni hal itu menjadi menyenangkan. Doni memberhentikan motornya ketika sampai ditempat yang tinggi sehingga kami bisa melihat lampu-lampu menyala yang menyinari kota. Kami tidak turun dari motor. Hanya diam disana melihat dan menikmati pemandangan lampu-lampu kota yang indah. Udara diluar semakin malam semakin dingin memuat ku gemetaran kedinginan. Tentu saja aku lupa membawa jaket. Doni sepertinya sadar aku kedinginan ”dingin?” tanyanya lembut. Aku mengangguk kecil. Doni tersenyum kemudian melepaskan jaket ku dan mengaitkannya kepadaku. ”ntar lo nya dingin ga?” tanya ku.aku takut doni kedinginan. Karena wajahnya menurut ku agak pucat ”engga.. santai. Gue cowo” katanya denga nada riang ”mau cowok cewe yang namanya dingin ya din...hachiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii” omongan ku terpotongg karena bersin. Doni tertawa melihat ku. ”lo masih kedinginan? Sini gue peluk biar anget”katanya . Tanpa menunggu jawabanku dia langsung menarikku kepelukannya. Awalnya aku sempat berusaha melepaskannya karena kaget, namun doni menolak melepaskan ku. Dan akhirnya aku menyerah dan memeluknya kembali. Kami berdiam diri sama-sam menikmati kehangatan. ”kita pacaran yuk” katanya tiba-tiba. Aku mencoba melepaskan diri untuk melihat wajahnya dan berhasil. Aku sama sekali tidak melihat kebohongan diwajahnya. Dimatanya hanya terlihat cinta Namunr ada juga seperti kepedihan. “okay….” Kata ku singkat kemudian tersenyum lebar. Doni membalas senyuman ku dan memelukku kembali. Setelah itu kami pulang. Sampai dirumah sebelum pulang doni menciumku, doni tertawa kecil melihat muka ku yang merah . Sampai dikasur aku belum bisa memejamkan mata. Sumpah menurut aku ini hari yang terindah dan penembakan doni menurut aku adalah yang teromantis, jelas ajah romantis namanya juga baru ditembak. Ada sms masuk ’tidur!!!!!!!! jangan mikirin gue ajah (LOL)’ Aku tersenyum membaca sms doni. Ada sms lagi Pasti lagi senyum-senyum Dia bisa baca pikiran ku, pikirku. Getar lagi kali ini bukan sms melainkan mms. Isinya poto doni sedang memakai piama sambil tersenyum lucu Good night princess. Aku terus tersenyum sambil memandangi poto doni di layar hp. Ga pernah aku bayangin bakal punya co seganteng dia. Ternyata ini yang namanya jatuh cinta. Indah sekali rasanya kita ingin selalu tersenyum. Tahu begini aku pasti ingin jatuh cinta lebih cepat saja. Besoknya doni menjemputku ketika ingin berangkat. Dia tersenyum lebar ketika menyambutku didepan rumah. Perjalanan kesekolah terasa begitu singkat padahal kami sudah mutar-mutar terlebih dahulu. Dikelas aku tidak bisa berhenti memikirkan doni dan tangan ku jariku tidak mau diam untuk mengirim sms ke doni. Pulangnya doni mengajakku ke bandara. ”don, ngapain kesini?” tanya ku begitu sampai di bandara internasional ”ketemu seseorang saaayyaanng” kata nya dengan nada yang sangat manis. Mendengar kata sayang masih terasa asing bagiku sehingga membuatku blush. ”muka lo tambah lucu kalo merah ” kata doni sambil mengelus pipiku. Muka ku mungkin semakin merah padam dengan doni yang mengelus pipiku. “ loh kok tambah merah muka nya, hahaha. Jadi mau makan lo” kata doni. Muka nya semakin dekat dengan muka ku. Aku menutup mata ku ketika doni semakin dekat namun tiba-tiba ”doniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii” teriak seseorang dari jauh. Aku membuka mataku dan melihat sesosok wanita berjalan kearah kami. Wajahnya sangat cantik. Siapa cewe ini? Pikir ku. Wanita itu berhenti di depan doni dan langsung memeluknya. ”i miss you” kata nya dengan logat yang aneh ”well, me too” jawab doni. Mereka melepaskan pelukan namun masih saling berpandangan. Aku merarik baju doni sedikit untuk meminta perhatiannya bahwa aku masih disini. Doni langsung tertawa dan menarikku kesebelahnya melingkarkan tangannya di pinggangku. ”oiya. Ini ayu.ayu ini mita adik gue” ‘oh adiknya pantes ajah agak mirip. Buset dah waktu doni bilang adiknya cantik emank ga boong’ kata ku dalam hati ” hai gue ayu. Nice to meet you” kata ku sambil mengulurkan tangan. Mita balas mengulurkan tangannya “aakuu mita” katanya dengan senyum yang bisa aku lihat seperti terpaksa. Dia langsung mengalihkan pandangannya ke doni. Aku ikut melihat doni dan aku juga melihat doni memandang adiknya dengan tatapan menegur seperti takut adiknya berbuat sesuatu. Doni seperti sadar dan langsung berpaling menghadapku lagi “ balik yuk” ajak doni tiba-tiba membuyarkan lamunan ku. Dirumah doni aku langsung menuju dapur untuk membuat makanan. Mungkin saja adik doni lapar pikirku. Sementara doni dan adiknya sedang mengobrol. Tentu saja aki tidak mau menganggu obrolan keluarga mereka. Mereka mengobrol sangat pelan sehingga aku tidak bisa mendengar apa yang mereka obrolkan. Tiba-tiba tangan memelukku dari belakang dan aku tahu itu doni. Aku sempat shock kemudian tersnyum. ” mau masak apa” tanya doni lembut. Dagu nya menempel dibahu ku dan matanya tertutup seperti ngantuk. ”masak spagetti” balas ku. Aku melihat kearah doni dan melihatnya tertidur. ” tidur dulu sana ntar gue bangunin” kataku sambil membelai pipinya ”hm... ga akh gue mau tidur nya sama kamu” goda doni. seperti biasanya muka ku langsung merah. Argggg aku benci kebiasaanku ini. ”pervert...” kata ku sambil mencoba melepaskan diri. Namun doni menolak melepaskan diriku. ”donn’’’ rengek ku. Doni tertawa dan mengecup pipi ku kemudian melepaskan pelukannnya dan pergi kesofa untuk tidur. Aka hanya bisa tersenyum melihat kelakuannya. Orang seperti doni ternyata bisa seperti anak kecil. Ketika sedang asik memasak adik doni datang kedapun. ”hai mita” sapa ku ”hai. Masak apa?” tanyanya ”spagetti. Suka kan?” tanya ku Dia hanya menganggukaan kepalanya sambil memainkan saos spageti di mangkok ”do you really like my brother?” Tanya nya tiba-tiba “iya lah .. lo ga percaya?” “hmm….please take care of him “ jawabnya dan langsung keluar. Aku melihat mita penasaran. Mita tadi keluar seperti menangis apa aku tadi mengucapkan kata-kata yang kasar pikirku Makan malam kami bertiga sangat menyenangkan. Sebenarnya aku pikir hanya kita berdua aku dan doni karena adik doni terus diam. Dia hanya mengobrol kalau doni atau aku bertanya. Doni bilang mita ga begitu ngerti bahasa indonesia makanya dia lebih banyak diam namun menurut aku adik mita bukannya tidak bisa bahasa indonesia tapi dia seperti menahan sesuatu untuk dikatakan . Pulangnya aku menolak diantar dengan doni, karena aku tidak mau mengambil waktu doni terlalu banyak ketika dia sedang bersama keluarga. Keesokan harinya doni menjemputku seperti biasa. Doni bilang mita sudah pulang lagi gara-gara nyokapnya sekarang masuk rumah sakit. Aku bisa melihat doni bersedih ketika membicarakan ibunya. Bagaimanapun nyokap doni masih nyokapnya yang melahirkannya walaupun mungkin kelakuannya terhadap ayahnya membuat dia membencinya namun mungkin dilubuk hatinya dia sangat mencintai ibunya. Entah perasaan aku atau apa setelah doni kembali dari dua hari hilangnya doni, doni jadi sedikit lebih kurus dan selalu terlihat pucat. Setiap kali aku bertanya doni selalu bilang mungkin itu perasaan aku saja atau terkadang dia menjawab kurang tidur karena banyak tudas. Kesokkan harinya doni terlihat lebih pucat lagi dari sebelumnya namun kali ini ia mengaku kalau sedang tidak enak badan. ” pulang ajah gih” kata ku pada jam istirahat. Doni sedang tiduran di pangkuan ku. ”lo ntar pulangnya gimana?” tanya nya balik. Matanya masih menutup. Aku tertawa kecil mendengar pertanyaannya. Doni langsung membuka matanya dan alisnya mengernyit menatapku. Sumpah aku memang mengagummi mata doni . matanya sangat indah. Aku mengelus-ngelus rambutnya ”gue kan bisa naek angkot doni” kata ku dengan nada lembut. Doni cemberut mendengar jawabanku. Aku mendorong kepalanya untuk bangkit setelah itu aku berdiri dan mengulurkan tangan. Doni menyambutnya namun mukanya masih cemberut dan masih dipenuhi dengan tanda tangan. ”ayo gue anter ke piket” ajak ku sambil menarik tangannya dan tasnya. Doni hanya menurut saja ditarik olehku. ”ntar nyampe rumah sms gue ya?” pesan ku ke doni selagi dia memakai helm ”ookkkkayy” katanya dengan nada seperti anak kecil. Selagi belajar aku tidak bisa konsentrasi pada pelajaran. Mata ku tertuju pada layar hp ku yang tidak menunjukan ada nya sms. Aku sangat khwatir dengan keadaan doni. Apakah dia sudah sampai. Rasanya waktu menuju pulang sekolah sangat lamban. Ketika akhirnya bel berbunyi aku langsung membereskan buku-buku dan memasukkan ke tas. Sampai dirumah doni, aku memencet bel. Namun tidak ada tanda-tanda doni akan membuka pintu. Maka aku memutar kenopnya dan terbuka. Ternyata doni tidak menunci pintunya. Didalam apartemen doni kosong, tidak ada doni disini pikirku. Namun pikiran itu langsung terhapus ketika mendengar suara rintihan dari kamar doni. Aku menghampirinya karena ingin tahu. Ketika aku membuka pintu kamar doni, bener saja doni ada disana. Namun ada yang janggal doni duduk di pojok kasur dekat dinding dan tangannya memegang lutut sedangkan kepalanya di tengah-tengah lututnya. ”don” panggil ku Doni tetep bergeming hanya nafasnya saja yang terdengar. Karena rasa khwatirku yang sangat besar aku nekat menghampirinya dan naik ke atas kasur. ”don” panggilku sekali lagi sambil menggoyangkan tubuhnya. Badannya dingin pikirku ketika bersentuhan dengan kulitnya ”doni, lo napa?” teriakku panik mencoba menarik tangan yang menutupi kepalanya dengan sekuat tenaga. Tangan doni lepas dan kepalanya perlahan mengangkat menatap ku. Mukanya sangat merah dan matanya seperti sembab karena air mata. ”yu?” panggil doni lirih Aku langsung menarik doni kepelukanku. Aku memang tidak tahu apa yang terjadi tapi sekarang aku hanya ingin memeluknya merasakan apa yang sedang ia rasakan. Ia memelukku kembali sangat erat hingga aku sulit bernafas. Dalam pelukanku dia terus merintih kesakitan. Setelah beberapa menit doni akhirnya bisa tenang dan pelukannya agak sedikit mengendur . Aku bisa bernafas normal kembali. Aku menarik tangan doni dari pinggangku untuk melepaskan pelukan dan bangkit dari kasur menuju lemari untuk mengambil jaket kemudian kembali ke doni. Aku menarik doni yang sangat pucat untuk berdiri dan memakaikannya jaket.lalu menariknya keluar. Doni bergeming tidak bergerak. ”mau kemana?” tanya doni dengan nada berbisik ”kita ke dokter” kataku singkat ” ga mau” jawabnya Kali ini aku tidak mau menuruti perkataannya aku langsung menariknya keluar dan menuju dokter dengan taksi. Di taksi doni diam saja dan hanya melihat ke arah jendela. Aku meraih tangannya dan menggengamnya. Doni balas mengenggam tangan ku namun pandangannya tetap keluar jendela. Hatiku sakit melihat doni seperti ini sama sekali tidak melihatku. Sampai dirumah sakit. Dokter menyambut kami dengan ramah dan langsung memeriksa doni. Senyuman di wajah dokter berubah serius ketika melihat hasil doni. Dokter sangat baik dia menjelaskan secara detail penyakit doni sehingga aku tidak kesulitan untuk menangkapnya. Kangker otak. Dokter bilang kangker itu sudah hilang setelah operasi beberapa tahun lalu namun sekarang kembali lagi dan sudah tidak bisa disembuhkan lagi.. Diperjalanan aku diam saja. Rasanya tubuh ku seperti kaku dan mulutku juga kelu tidak bisa berkata apa-apa. Begitu pula doni juga diam saja. Namun sekarang dia tidak melihat jendela melainkan kearah ku. Sesampainya dirumah doni aku langsung melempar tas ku dan menangis keras seperti anak kecil yang kehilangan permennya. Doni diam saja dan duduk dipojok ruangan dan membentuk dirnya seperti bola. Matanya berkaca-kaca. Aku menghampiri doni. ” damn don, brain cancer. Why are you doing this to me. Lo udah tau ka dari dulu napa lo ga pernah cerita ke gue!!” teriak ku kedoni sambil memukuli lengan doni tidak melawan melainkan pasrah dipukuli oleh ku. ”maaf” kata nya. Ucapan maaf doni yang terdengar sangat tulus dan sangat menyakitkan bagiku. Aku pun menghentikan pukulan membabi buta. Aku menatap doni dan melihat doni sedang menatapku sambil menangis. ” sumpah don, gue benci lo” kata ku sambil berlari keluar. Aku butuh waktu sendiri mungkin aku belum bisa menerima berita yang mengejutkan ini. Coba kalian bayangkan bagaimana rasanya kalo orang yang kalian cintai dengan setulus hati tiba-tiba lo tau kalo secara perlahan-lahan dia bakal menghilang dari dunia ini dan ninggalin lo sendirian di dunia ini. Sakit sumpah sakit membayangkan hidupku tanpa doni. Mengapa Doni tidak pernah cerita bahwa dia terkena kangker otak, mungkin juga teman-temannya sudah tau dan mita, mita tau dari awal makanya dia bersikap seperti itu kepada ku. Apa aku ga penting buat doni.why are you doing this to me don?. Aku terus menangis malam itu. Sampai rasanya aku tidak mampu lagi mengeluarkan air mataku. Keesokan hari nya aku langsung bersiap pergi , semaleman aku tidak tidur. Aku berangkat pagi-pagi dan pergi menuju rumah doni. Aku memencet bel doni, namun tidak ada gerakan. Aku memencetnya lagi dan pintu pun terbuka menampilkan doni yang masih memakai pakaian kemarin. Air mataku hampir keluar lagi melihat pakaian kemarin yang doni kenakan ketika pemeriksaan dan juga melihat muka doni yang pucat. Dibawah matanya ada lingkaran hitam. Mungkin semalaman doni juga tidak tidur.Doni terkejut melihat ku. ” loh don, kok belum siap-siap?” tanya ku riang. Namun suara ku agak bergetar menahan tangis. Doni hanya memandangku dia tidak bergerak sedikit pun ” lah malah ngelamun, buruan” kata ku sambil mendorong nya masuk kerumah. Doni menuruti ku dan segera berlari ke kemar mandi setelah mengecup pipiku. Terdapat senyuman diwajah doni yang pucat. Aku tersnyum kecil melihat langkah doni yang menuju kamar mandi. Selagi doni mandi aku mempersiapkan sarapan pagi. ” don ayo makan” ajak ku ketika melihat doni keluar dari kamar mandi. Doni tersnyum dan menuju kemeja makan dan duduk disebelahku. ”gue tau lo pasti Belum makan dari kemarin, nah biarin cewe lo ini nyuapin lo. Okayy ni aaaaaa” kata ku sambil menyodorkan sesendok nasi ke mulut doni. doni membuka mulutnya dan mengunyah nasinya secara perlahan. Matanya tidak pernah lepas memandangku ”thanks” kata doni ketika aku sedang mencuci piring. ”hm” jawabku singkat ” makasih tetep terus ada disisi gue” kata doni,suara doni beerbeda dengan biasanya. Sekarang suarnya agak serak dan terkesan seperti berbisik. Setelah beberapa hari keadaan doni semakin parah, aku pindah ke apartemen doni untuk merawatnya. Aku selalu mencoba tegar ketika dihadapan doni namun di belakanya aku selalu nangis. Aku selalu memeluknya ketika ia merasakan sakit yang luar biasa. Ketika dia muntah-muntah setelah menjalani kemo. ketika aku menemukan saputangan yang ia sembunyikan dibawah bantal penuh dengan darahnya dam rambutnya yang rontok secara tidak sadar diam-diam aku menangis. Aku sudah tidak kuat menghadapi kondisi doni yang semakin parah. Aku cape dengan perasaan takut kalo doni tiba-tiba tidak bangun di pagi hari. Pagi ini doni di haruskan masuk kerumah sakit untuk menjalan rawat inap karena kondisinya yang semakin parah .Ketika aku memotong rambutnya di halaman rumah sakit doni berkata. ”hey, gue masih ganteng an?walaupun abis ini gue bakal gundul ” godanya Aku tertawa kecil mendengar godaannya, tetap saja doni tetap doni walaupun dia sakit. “yu..” panggilnya ”tetep tegar ya kalo gue udah meninggal lo orang yang gue larang buat nangis” kata nya dengan nada srius. Aku menutup mata mendengar pernyataannya. Aku tidak bisa menjawab dan terus mencukur rambutnya hingga gundul. Ketika aku sedang memakai kan kupluk dikepanya dia menarik tanganku ” janji ya,?” rengeknya ”gue ga mau denger lo nangis” “gue janji” kata ku dengan mantap, padahal aku tidak tahu bisa menepatinya atau tidak ”thanks” Besoknya hal yang aku takut kan sejak dulu terjadi juga ketika aku membangunkn doni dia tidak mau bangun, badanya dingin. Aku mencoba membangunkannya lebih keras namun tetap saj matanya tidak terbuka dan tidak ada hembusan nafas. He’s gone, my prince has gone. Teman-temannya menangis sambil mengucapkan banyak kata begitu juga adiknya yang baru tiba dan langsung memeluk kakaknya. Aku Cuma mengucapkaN sedikit kata yaItu aku ga nangis.. Aku tetap mengulang kata-kata do you really wanna hurt me with those promise di dalam hati. Aku benci doni, aku benci dengan perjanjian ku dengan doni yang ga bakal nangis. Aku benci doni yang bilang ga mau nyakitin aku tapi kenyataannya dia yang membuat aku sakit karena aku tidak bisa menangis ketika aku tahu dia sudah meninggal, aku tidak bisa nangis ketika dia dikuburkan, aku tidak bisa nangis ketika membereskan bajunya di rumah sakit, aku juga tidak bisa menangis melihat kupluk yang biasa ia gunakan.ketika aku membereskan kasurnya yang masih kusut bekas doni tidur aku menemukan surat. Surat doni. To my princess Hai, keep on your promise dear.. Sebenernya banyak banget yang masih ingin gue katakan ke lo, mungkin gue suka lo dari pandangan pertama pas kita ketemu di kantin. Gue terpikat sama mata lo yang nunjukin ketakutan kegue tapi ternyata lo berani sama gue, bahkan nampar gue. Sumpah lo orang pertama yang berani kaya gitu. Mulai detik itu gue pengen deket ma lo tapi gue ga tau caranya dan secara kebetulan lo nabrak gue dan minta maaf ke gue. Gue langsung manfaatin lo buat jadi pembantu pribadi gue. Dan gue juga ga tau ternyata lo kena bully temen-temen gara-gara gue. Gue ga pernah nyuruh mereka buat ngelakuin itu. Waktu dua hari gue ilang itu pas gue tau penyakit gue kambuh lagi dan tambah parah. Bahkan dokter bilang nyawa gue bisa dihitung. Nyebelin banget tuh dokter. (lol) saat gitu orang yang pertama gue inget lo ayu. Gue tau lo orang nya kuat jadi gue pikir lo orang yang pantes buat nemenin gue. Makanya gue ngajak kita pacaran. Tapi sekarang gue nyesel udah milih lo. Gue nyesel karena lo ga sekuat yang gue kira. Maafin gue udah nyakitin lo, padahal gue janji ga bakal nyakitin lo. Gue tau luka-luka di lengan lo gara-gara gue meluk lo pas lagi kesakitan, gue tau lo suka nangis diam-diam, lo ga mau nangis didepan gue kan? Please dont hate me. Makasih my princess udah jadi cewe apa adanya dimata gue yang bikin gue suka ma lo Makasih my sweetie karena nemenin hari-hari gue yang ngebosenin, jadi pembokat gue Makasih my love karena lo udah mau jadi ce dari cowo yang penyakitan ini Makasih honey karena lo tetep disisi gue saat gue lagi kesakitan Makasih dear karena lo udah nahan air mata lo didepan gue dan makasih udah nepatin janji lo untuk ga nangis buat gue Terakhir gue minta maaf ga bisa nemenin lagi hari-hari lo, ga bisa meluk lo disaat dingin, gue minta maaf karena selama ini gue ga pernah say love words ke lo. Maafin gue. Love you dear. Air mata ku tidak bisa terbendung lagi, aku menangis keras, kepala ku sakit dan dadaku juga sakit. Sekarang keadaan terbalik kali ini aku benci dengan diriku karena tidak bisa menepati janji namun aku janji ini terakhir aku nangis buat doni.

my heroin

Kamu tidak tahu rasanya menjadi aku dan kamu tidak akan mengerti apa yang aku rasakan. Menjadi seseorang yang lemah karenanya. Mencintai seseorang sebenarnya ada begitu banyak cara, namun entah kenapa aku memilih jalan ini. Jalan yang memberikan rasa sakit yang begitu dalam dan perlahan-lahan mungkin bisa membunuhmu, aku tahan rasa sakit ini hanya untuk membuatnya tidak menangis di hadapan ku. Mungkin aku juga yang egois karena tidak membiakan dia pergi Dia adalah malaikat ku atau mungkin lebih baik di bilang dia adalah narkoba bagiku. Ya aku menamakan dia narkoba ku karena aku merasa senang jika aku bisa bersama dia namun dalam sesaat kesenangan itu dapat berubah menjadi sesuatu yang menyakitkan. DESEMBER, 3 2008 Sambil tersenyum aku memandangi bayangan yang terpantul dalam cermin. Pantulan dalam cermin itu seperti tidak nyata, menurut ku dia lebih cakep daripada yang aslinya. Aku sangat tersenyum bangga dengan pakaian ku hari ini. Kalau bukan karena bantuan sandy sahabatku mungkin hari ini aku sudah berdiam diri dirumah saja karena mati gaya. Its a special day menurut ku, kenapa? Karena hari ini adalah hari anniversary ku yang ketiga tahun dengan my angel. Setelah mengecek sekali lagi penampilan ku, aku pergi keluar rumah menuju toko kue yang berada di seberang rumah ku. Tidak memakan waktu lama bagiku untuk memilih kue kesukaan angel ku karena dia sangat suka dengan kue moka. Maklum dia tidak begitu suka sesuatu yang manis-manis. Sambil menunggu kue dibungkus aku menelepon lita. ”halo” sapa lita. Suaranya tidak begitu jelas karena bising. ”ada dimana?”tanyaku ”hmm ... lagi belanja sama gia di mall” kata lita menaikan nadanya agar bisa terdengar olehku ”ohh...jangan sampe telat jam 7 loh” kataku sambil tersenyum, tanpa menunggu jawaban dari lita aku menutup hpku. Setelah membeli kue, aku pergi ke swalayan terdekat untuk membeli bahan makanan, hari ini aku berniat memasak masakan kesukaan lita dan membeli beberapa makanan kecil serta minuman. Aku tahu lita hidup sendiri maka dia lebih sering membeli makanan diluar dari pada memasak. Sukses dengan belanjaan aku langsung menuju ke rumah well lebih tepatnya apartemen lita. Apartemen lita berada pada lantai lima. Sambil menunggu lift terbuka aku terus tersenyum bahkan sesekali aku tertawa ketika membayangkan wajah lita yang kaget karena melihat ku di apartemennya. Sampai di depan apartemennya tanpa membuang waktu aku membungkuk dan mengambil kunci yang tersembunyi di bawah karpet, kebiasaan lita sejak dulu. Begitu ku buka pintu seperti biasa ruangan tersebut dipenuhi dengan wangi khas lita yang sangat lembut. Ku buka jaket ku dan menuju arah dapur. disana lah aku memulai semua persiapan anniversary. Hal yang pertama aku lakukan adalah memasak masakan kesukaan lita. Ini adalah hal yang pertama bagiku. Dulu aku sama sekali tidak pernah menyentuh barang-barang seperti spatula, panci, kompor dan pisau. Ini semua buat lita, pikirku. Well sebenarnya tidak parah-parah sekali untuk pemula masakan bisa di bilang lumayan walaupun penampilannya kurang menyenangkan untuk dipandang. Namun mau dikatakan apa lagi waktu sudah tidak cukup. Hal yang kedua dilakukan adalah membersihkan rumah kemudian menata balcon menjadi sesuatu yang romantis. Dengan bunga dan lilin disekitarnya. ”sempurna” kataku bangga melihat hasil dekorasi pada balcon. Aku melihat jam tangan di lengan ku jam sudah menunjukan pukul 17.00 dan itu artinya sebentar lagi lita pulang. Selagi menunggu aku mencoba membereskan lagi penampilan ku yang sedikit rusak, setelah rapi aku duduk disofa. Lama kelamaan aku bosan dan hal yang selanjutnya kulakukan adalah menyetel dvd. ”ohhhhhhhhhhh” teriak ku begitu saja ketika aku sadar aku tertidur. Kulihat jam sudah menunjukan pukul 23.00. aku tidur terlalu lama. Ruangan sudah gelap, masih menguap aku mencari-cari sakelar di dinding dan akhirnya aku menemukan. Seketika ruangan menjadi terang dengan sekali tekan. Aku meliht sekeliling ruangan namun aku tidak menemukan lita. Keringat dingin langsung keluar begitu saja. Aku langsung berlari sambil membawa jaket ku. Namun langkah ku terhenti ketika aku membuka pintu dan melihat dua orang sedang berciuman. Hatiku bagai tertusuk pisau saat aku tahu orang yang sedang berciuman itu adalah lita. Mereka seperti sedang asik dengan dunia nya sendiri sampai tidak sadar aku sedang melihatnya. Sampai beberapa detik lamanya aku diam disana memandang pemandangan yang tidak semestinya aku lihat. Namun sepertinya lita sadar akan kedatangan ku dan menarik diri dari pelukan laki-laki yang aku tidak ketahui namanya itu. ”kenapa babe, kita belum selese” kata laki-laki itu mencoba meraih lita. Namun lita malah mendorongnya ”ga, pergi sana!!” bentak lita. Laki-laki itu memandang lita dengan sorotan yang tajam kemudian pergi. ”mi...” panggil lita. Aku menarik nafas panjang kemudian berbalik kembali ke dalam apartemen. Aku mendengar suara kaki lita mengikutiku dan berhenti dibelakang ku. aku takut aku tidak berani membalikan badan dan melihat wajah lita. Setelah beberapa menit kepalaku mulai dingin dan aku menarik tangan lita tanpa melihat kerah wajahnya. Aku menariknya kearah balcon yang sudah disediakan. ”duduk”perintahku. Lita masih bergeming, dia hanya melihatku. ”mi...”panggilnya pelan ”please lita jangan ngerusak hari ini dan duduk ” kata ku mencoba mengontrol emosi. Lita langsung menunduk mendengar nadaku dan duduk didepan ku. tidak ada pembicaraan, semua nya hening. Aku melihat jam yang menunjukan pukul 12.00. ”gue pulang, jangan lupa makan...” kataku ”oh ya happy anniversary” kataku mencoba senyum Lita mengadahkan wajahnya dan menatapku heran. Well aku kira dengan melihat wajah lita yang menunjukan muka kaget dia lupa kalau hari ini hari anniversary kami. Ketika aku ingin melangkah kan kaki, tangan lita memelukku dari belakang menahan ku pergi. Suara isak mulai terdengar dan baju bagian belakang ku mulai basah. Betapa aku benci pada saat keadaan seperti ini. Aku berbalik kebelakang dan mengadahkan wajah lita. Wajah lita merah seperti udang yang baru matang dan matanya mulai bengkak. ”kenapa kamu nangis?” tanyaku lembut ”kamu marah sama aku. Maaf” kata lita terisak-isak ”aku janji ini terakhir kalinya fahmi, jangan tinggalin aku” kata lita memohon. Air matanya semakin deras. ”aku ga marah” kataku pelan. Lita mengadahkan wajahnya kemudian mengusap air matanya lalu tersenyum kepadaku. Aku balas tersenyum kepadanya. Kemudian di memelukku sekali lagi.well aku harap ini janji lita yang terakhiir kalinya. Kami pun berdiam dalam posisi seperti itu tak lama kemudian aku mendengar suara dengkuran lembut, lita pasti ketiduran. Dengan lembut aku menidurkan lita di kamarnya. Lita seperti tersentak sedikit dan memanggil namaku namun matanya masih tertutup. Aku duduk dipinggir kasurnya dan mengelus rambutnya. ”how can angel like you could hurt me so much”kataku tersenyum sedih menatap lita. FLASHBACK Mei, 5 2004 ”tenang, tenang, tenang” bisiku pelan kepada diriku sendiri. Well kebiasaan ku jika hari pertama sekolah aku selalu gugup. Aku menatap tulisan yang ada di gerbang ’welcome siswa baru sma pelita’ . dengan langkah berat aku memasuki sekolah tersebut, sepanjang jalan aku tidak berani menatap kedepan yang aku lakukan hanya menatap tanah. Aku takut bertemu muka dengan kakak kelas ku. Well bagaimana aku tidak parno dalam menghadapi MOS selama aku melakukan kegiatan untuk perkenalan diri terhadap sekolah aku selalu terkena imbas hukuman dari kakak kelas. Sampai dikelas aku memberanikan diri menatap kedepan dan meneliti seisi ruangan untuk mencari tempat yang kosong. Namun pencarian ku mendarat pada sesuatu, apakah aku mimpi karena aku melihat bidadari di meja depan.dia seperti bersinar, kulitnya yang putih porselin, bibir yang indah, rambut panjang yang hitam dan matanya yang jernih seakan-akan didalam nya kita seperti bisa melihat lautan sangat jernih dan yang terpenting dia sedang memandang ku. Aku langsung sadar dan berlari ke bangku kosong di belakang. Sejak hari itu aku diam-diam selalu memandangi angel yang aku ketahui namanya adalah lita dan entah seperti Tuhan memberikan jalan yang sangat mudah karena bangku yang aku tempati adalah bangku yang sangat stategis untuk memandanginya. Hal yang membuatku terkejut adalah ketika suatu hari pulang sekolah aku melihat lita masuk kedalam bis yang aku naiki. Namun karena bis sudah penuh terpaksa lita berdiri ditengah kerumunan orang-orang. Mataku tidak pernah mengalihkan pandangan dari lita. Aku takut orang-orang akan berbuat jahat kepadanya karena dia sangat cantik luar biasa. Dan benar saja pikiran ku,orang-orang mulai sengaja mendesak lita agar bisa bersentuhan dengannya. Emosiku mendadak memuncak ketika aku melihat salah seorang dari kerumunan tersebut mengulurkan tangan untuk menyentuh lita. ”lita...” teriakku memberentikan niat orang pervert tersebut. Lita celingukan melihat kearah suara yang memanggilnya. Aku memanggilnya sekali lagi dan melambaikan tangan menyuruhnya kearahku. Lita menurut dan mendekat kepadaku. Alisnya bertaut memandangku ”duduk sini” kataku sambil bangkit dari kursi. Lita memandangku tidak berkedip aku tertawa kecil dan menarik tangannya untuk duduk. Masih memandangku namun kali ini matanya jadi lebih besar dan sangat menarik. Aku malah balas menatap lita sambil menahan senyum. Beberapa detik kemudian lita memutuskan lomba menatap kami dan menunduk. aku tertawa kecil melihat lita kemudian mengeluarkan ipod ku. Selama dijalan tidak ada pembicaraan. Lita asik memandang lantai bus dan aku pura-pura asik mendengarkan ipod padahal sebenarnya jantungku sedang berdegup kencang karena berada didekat lita. Tak lama kemudian bus pun mulai sepi hanya tersisa beberapa orang dan sekarang aku sudah mengganti posisiku menjadi duduk disebelah lita. Well tidak disebelah seperti yang kalian bayangkan namun duduk di paling pinggir tetapi dikursi yang sama dengan lita. Ketika aku sedang asik mendengarkan musik aku merasa lita terus memandangiku dan sumpah itu menggangguku sekali. Aku pun menengok kearah lita dan benar saja dia langsung mengalihkan pandangannya begitu tertangkap olehku. ”mau dengerin?” tanyaku. Lita hanya mengangguk namun matanya tidak berani memandangku. Aku pun tersenyum dan memberikan sebelah earphone. Lita tersenyum begitu earphone nya di pasang ke telinganya, mungkin saja ini lagu favoritnya. Sepanjang perjalanan kami terus mendengarkan musik tanpa berbicara. Kali ini aku benar-benar berharap kalau waktu bisa diberhentikan agar aku bisa dekat dengan lita selamanya. Well tapi kali ini harapan itu tidak terwujud karena aku melihat pos pemberentian terakhir dari bus ini. ”anu....”panggil ku. Lita menengok kearahku dengan wajah bertanya. ”gue mau turun” kataku pelan. lita langsung melepas earphone nya dan memberikan kepadaku. Aku tersenyum kemudian bangkit untuk turun dari bus. Turun dari bus aku hanya perlu menempuh 15 menit untuk menuju kerumah ku. Hari sudah gelap dan jalanan mulai sepi karena aku melewati jalan tikus. Perjalanan pulang kali ini sedikit janggal karena aku merasa ada seseorang yang mengikutiku.karena tidak berani menengok kebelakang aku pun mempercepat langkah ku. Namun semakin cepat aku berjalan orang dibelakangku semakin cepat pula mengikutiku. Setelah dipikir-pikir dari suara langkahnya hanya satu orang yang mengikutiku dan mungkin saja aku bisa menanganinya. Maka aku pun memberanikan diri untuk berbalik badan. ”lita?” kata ku ”h..haai” kata lit tersendat-sendat ”ngapain kamu ngikutin aku?” tanya ku ”anu, sebenarnya...” jawab lita gugup Aku tertawa mendengar jawaban lita. Ternyata dia mengikutiku karena dia lupa jalan pulang kerumah. Maklum orang baru terkadang suka lupa arah. wajah lita memerah karena aku terus saja tertawa. Akhirnya aku mengantar kan lita sampai rumah dan itu adalah keberuntungan ku karena dengan lita lupa arah aku jadi bisa tahu rumah lita. ”bisa ga kita temenan?” tanyanya begitu aku ingin pergi setelah mengantarkannya. Aku menengok dan meneliti wajahnya. Mungkin saja lita bercanda karena mana mungkin orang seperti lita ingin berteman denganku yang ada pasti dia sudah menolak begitu aku memintanya. Namun yang aku temukan wajahnya sangat serius dan memohon bahkan aku melihat diujung matanya seperti ada air mata yang siap menetes. ”sure” jawabku sambil tersenyum. Lita membalas senyumku sambil mengusap matanya. Keesokan harinya Aku sedang berjalan menuju halte. Langkah ku terhenti melihat lita yang sedang duduk berjongkok di trotoar dekat halte. Kepalanya berada diantara lutut nya sehingga wajahnya tidak kelihatan. Aku mendekati dan menepuk bahuntya. Dia mengadahkan kepala dan mengusap matanya lalu tersenyum lebar seperti melihat sesuatu yang dia impikan. ”lama sekali, yuk berangkatnya” katanya sambil menarikku. ”tadi lo nungguin gue” tanyaku sambil menahannya untuk menarikku. Dia mengangguk seperti anak kecil ”gue ga tau lo berangkatnya jam berapa jadi gue nunggu lo disini dari jam 5” katanya. Mataku membelak menatapnya. Lita hanya tersenyum dan menarikku lagi. Sampai di bus aku sama sekali tidak mengalihkan pandangan dari lita. Aku masih kaget karena lita rela menunggu ku dari jam 5. lita menengok kearah ku dan mengerutkan alisnya bertanya. ”lain kali jangan nunggu gue, bahaya” kataku. Lita langsung cemberut ”tapi gue kan mau berangkat bareng lo” kata lita ”well ntar gue jemput ajah kerumah lo” kata ku. Lita langsung tersenyum lebar dan mengangguk ”oh... okay” balasnya ”hm.. gue belum tau nama lo “ lanjut lita sambil melihat ku dengan mata bonekanya ”fahmi” kataku sambil tersenyum. ”nice name mi” Sampai disekolah kami langsung buru-buru kekelas karena sudah telat. Sampai dikelas bukanya lita duduk dikursinya melainkan mengikutiku kekursi belakang. Begitu ku tanya kenapa lita hanya tersenyum saja. Dan akhirnya jadi lah seperti ini aku duduk bersama lita di bangku belakang. Selama pelajaran jantung ku terus berdebar sangat kencang. Sesekali aku mengelus-elus daddaku agar suaranya tidak sampai ketelinga lita. Istirahatnya lita mengajakku kekantin dan aku tidak bisa menolaknya. Bagiku menolak ajakan lita sama saja dengan orang yang bodoh dan pulang nya aku mengantar lita kerumahnya. Walaupun lita mengatakan dia sudah hafal jalan pulang namun aku masih tidak percaya karena lita terdengar seperti bohong. ”thanks mi” kata lita ”no prob.....” Belum selesai kata-kataku lita memotongnya dengan mengecup pipiku. Mataku membelak menatap lita. Ini seperti mimpi yang tidak pernah aku bayangkan . Lita baru saja mencium pipiku. Lita tersenyum malu kepadaku lalu berlari masuk ke rumah. Well mungkin ini hari terbaik dari hidupku. Setelah hari itu setiap hari aku selalu menjemput bahkan mengantar lita pulang. Hubungan kami semakin lama semakin akrab. Bahkan teman-teman ku mengatakan kami seperti anak kembar siam yang tidak bisa dipisahkan. Dimana pun aku berada pasti selalu ada lita begitu juga kebalikannya. Tidak terasa sudah 6 bulan kami berteman. Namun hal yang kulakukan aku tidak pernah memperlakukan lita seperti sahabat atau pun teman namun aku memperlakukan lita seperti pacarku dan seperti nya lita sadar namun dia tidak melarangku. Malam ini seperti biasa aku mengantar lita kerumah nya. Namun ada yang beda dengan lita. Dia terus saja menunduk dan tidak banyak berbicara selagi perjalanan. Ketika sampa didepan taman kanak-kanak lita menarikku untuk masuk. Dan alhasil kami bermain ayunan di malam hari. Ketika kami sedang terhempas ke atas lita mengatakan sesuatu. ”mi, jadi pacar gue ya?” teriak lita tanpa melihat ku. Aku langsung melihat lita. Aku takut salah dengan. Lita menengok kearahku kemudian tersenyum lebar. Aku memberhentikan diri dan bangun dari ayunan. Lita mengikutiku. ”jangan bercanda”kataku serius ”engga sumpah beneran mi,.ayolah jadi co gue plis” kata lita memohon. Aku melihat ujung mata lita mulai mengeluarkan air mata. Oh god she’s crying. Aku maju kearahnya dan memeluknya. “shh… jangan nangis lita. Iya gue mau jadi cowok lo”kataku mencoba menenangkanya. Lita menarik diri dari pelukan ku dan mengadahkan wajahnya kearahku tersenyum. Malam itu kami tidak langsung pulang kerumah lita. Kami menghabiskan nya dengan bermain sekalian merayakan hari jadian kami. Mimpi yang benar-benar terwujud. 2 bulan kemudian… Dua bulan aku lwati dengan hari yang sangat membahagiakan. Lita sangat perhatian kepadaku membuatku tambah sayang kepada nya. Hari ini aku berniat memberikan lita hadiah atas kemenangannya juara model. Wajar saja pacar ku sangat cantik untuk menjadi model. Aku mengajak sandy untuk menemaniku. Sampai di mall aku langsung memilih boneka tedy bear yang tingginya hampir sediriku. ”mi..”panggil sandy sambil menepuk bahu ku ”apa” kataku tanpa melihat sandy ”itu cewe lo kan” tanya sandy ”lita lagi belajar dirumah nita”kataku ”engga beneran, liat coba”kata sandy sambil menarik wajahku paksa. ”aaapppppp..............” belum sempat aku protes, aku terkejut melihat lita didepanku sedang menggandeng berjalan dan disebelahnya adalah laki-laki. Dia sedang tidak melihatku punggungnya lah yang menghadapku. ”see, i told you”bentak sandy. “akh paling juga itu temen lita”kataku pura-pura cuek. Sandy menatapku tidak percaya. Alis nya mengerut. “apa?” tanyaku “lo bodo ya, lita lagi selingkuh didepan muka lo, lo masih biarin ajah” “ga mungkin lita kaya gitu” bela ku. Tapi apa benar lita seperti itu. Aku harus membuang pikiran ini jauh-jauh. Aku percaya lita. Ya aku percaya malaikat ku tapi keapa hati ini tidak tenang, seperti aku sedang mencoba menolak segala kemungkinan yang ada . Keesokan harinya seperti biasa aku menjemput lita dirumahnya. Estela memencet bel beberapa kali pintu rumah lita tetap tidak terbuka. Aku langsung membuka hp ku dan menghubungi lita. “halo”sapa lita “aku ada didepan rumah” “oh.. ya ampun aku lupa banget. Aku uda ada disekolah, tadi ada pelajaran tambahan kimia kamu tau kan nilai aku kaya gimana. Map ya” kata lita dengan ada menyesal “ga papa yang penting kamu udah disekolah”kataku ”thankss” kata lita kemudian menutup teleponnya. Aku mencoba tersenyum walaupun ada sedikit perasaan kecewa terhadap lita. Dengan langkah terburu-buru aku pergi kesekolah. Jam sudah menunjukan 06.30. aku terlalu lama dirumah lita. Sampai disekolah masih tersisa waktu 5 menit untuk menarik nafas. Sambil terus mengatur nafasku yang tidak karuan karena lari aku berjalan kearah kelas. Ketika masuk kelas mataku langsung menuju kearah tempat aku dan lita duduk. Namun tempat duduk itu masih kosong dan tas lita tidak ada dibangku itu. ”lita mana?” tanya ku kepada sandy. ”ga tau, tadi si gue liat dia jalan ke arah belakang sama doni” kata sandy tanpa melihat kearah ku. Mungkin dia masih kesal dengan kejadian di mall. ”doni, anak kelas 3?” tanya ku ”iya” Tanpa membuang waktu aku langsung lari ke arah belakang sekolah. Dari kejauhan aku melihat lita sedang duduk di meja dan disebelahnya ada doni. Aku memperlambat langkah ku. Langkah ku terhenti, jantungku pun seperti berhenti, mataku membelak. Didepan mataku lita dan doni berciuman. Aku mencoba membuka mulut ku yang beku. ”lit..”panggilku pelan Lita melepaskan diri dari doni begitu mendengar namaku. Mata nya yang indah membelak kaget sekaligus takut melihatku. Dia langsung bangkit dari meja dan berjalan kearahku. ”fahmi”panggil lita gemetaran. Tanpa mempedulikan panggilan lita aku pergi meninggalkannya. Baru kali ini aku merasakan sakit yang luar biasa. Mungkin kalau aku berada terus disana aku bisa meneteskan air mata. Suara lita memanggil masih saja terdengar. Aku mempercepat langkah ku dan langsung masuk kelas. Dikelas ternyata sudah ada pak alam. Setelah meminta maaf aku duduk di bangku dan mengeluarkan buku catatan ku. Aku mencoba sebisa mungkin menghilangkan kejadian yang aku lihat. Tak lama kemudian lita masuk dengan mata berkaca-kaca. ”mi” panggil lita begitu duduk dbangku nya ”apa” jawab ku singkat tanpa melihat kearahnya ”gue bisa..” ”stop, gue ga mau denger”kataku. Isakan tangis lita mulai terdengar dan semakin lama semakin keras. Lita menarik lenganku dan menyandarkan kepalanya kebahu ku. Aku diam saja tidak bereaksi. Sepanjang pelajaran lita terus menangis dan aku merasakan baju lengan ku basah karena air mata lita. Untung saja kami duduk di bangku belakang sehingga guru tidak memperhatikan. Bell istirahat berbunyi dan lita masih saja menangis. Aku sudah tidak kuat lagi melihat lita menangis seperti ini. ”lita” panggilku pelan. ”hmm” jawab lita sambil menarik diri dari ku. Aku melihat wajahnya yang sembab dan matanya merah karena menangis. ”jangan nangis lagi” kataku ”kamu ga bakal ninggalin aku kan?” tanya lita terisak isak ”why should i?” kataku sambil mencoba tersenyum “plis jangan tinggalin gue, gue janji ga bakal terulang” kata lita ”hm” kataku. Aku percaya lita. Namun keesokan harinya aku melihat lita tidak menepati janji nya. Dia jalan dengan cowok lain, aku tidak menghampirinya namun membuntutinya sepanjang jalan. Kejadian itu tidak hanya berlangsung hari itu tapi berlanjut dan dengan laki-laki yang berbeda. Suatu malam aku mengajak lita bermain ayunan didekat rumahnya ”lit”panggil ku.. Lita menengok kepadaku dan tersenyum ”apa sayang?” tanya lita ”kemarin jalan sama sapa?” tanyaku. Lita memberentikan ayunannya, wajah nya berubah menjadi pucat dan tegang. ”i..tuu” ”ga usah ngasih tau namanya ggue ga mau tau orangnya ” kata ku memotong penjelasan lita ”map” kata lita pelan lalu menunduk ”ga usah minta maaf terus, gue ngerti dan gue ga ngelarang lo buat jalan sama siapa saja. Tapi gue cuman mau ngingetin kalo status gue masih pacar lo, gue mau saat gue butuh lo entah lo lagi jalan sama siapa ajah lo harus ada disamping gue” kataku pelan tanpa menghadapnya ”maksud lo apa mi, lo ngebiarin gue sama orang lain” “kalo itu buat lo seneng gue ga masalah, asal jangan nunjukin didepan gue dan inget hanya gue cowok lo” kataku. END FLASHBACK aku tersenyum bodoh mengingat tahun ketika aku mengucapkan sesuatu yang merubah segalanya hingga Semarang. Semua ini bukan salah lita, lita berkencan dengan laki-laki lain. Tapi aku lah yang bersalah karena membiarkan lita hanya karena aku tidak mau kehilangan nya. Aku takut aku tidak bisa hidup tanpa nya. She is my oxigen dan membayangkan lita menangis memohon ampun ketika aku melihatnya dengan laki-laki didepan mataku, pemandangan itu yang membuatku lemah. Tapi sampai kapan aku harus begini, i might be die because of this. Mungkin besok aku harus bicara dengan lita. Keesokan harinya Seperti biasa aku berangkat pagi-pagi menjemput lita. Ketika sampai di rumah lita, rumah itu masih sepi. Aku memutar kenop pintu yang ternyata tidak dikunci. Aku harap aku tidak masuk kerumah lita hari ini. Hal pertama yang aku lihat sepatu laki-laki yang lita tidak mungkin memakai nya dan ketika aku masuk lebih dalam rumah tepatnya kamar lita. Mataku membelak dan kaki ku serasa mati rasa. Lita bersama laki-laki lain dikasurnya dan mereka telanjang. Tuhan tolong bunuh aku sekarang, pikiran yang ada detik itu juga. ”lit..”panggil ku lemah. ”emm..”raung lita. Lita bangkit dan mengusap matanya. Matanya membelak melihat ku. Dia langsung mendorong-dorong laki-laki yang ada dikasurnya untuk pergi. Aku melihat lita masih berbalut selimut mencoba mendorong laki-laki keluar. Aku hanya diam di tempat terlalu terkejut. Setelah beberapa saat keadaan tenang lita menyampiriku. ”mi..”lita mencoba meraih tangan ku. Aku menepisnya dengan kasar. “mandi, udah hampir telat” kataku gemetaran menahan amarah. Aku meninggalkan lita dan duduk di sofa. Setelah beberapa menit lita keluar dengan sudah memakai pakaian lengkap. Tanpa bertanya aku langsung keluar. Lita mengikutiku dan mencoba menyamai langkah ku. Kami tidak berbicara selama perjalanan. Aku terlalu marah dengan diriku sendiri. “kita putus ajah” kataku sambil menutup mata ketika istirahat dan tidak ada orang di kelas. ”hah?” hanya itu reaksi lita ”kamu marah ma aku? Aku minta maaf” kata lita ”aku ga pernah marah ma kamu, aku marah sama diri aku sendiri kenapa bikin janji bodoh itu. Its hurt me so much and i cant bear the pain.” “tapi gue sayang ma lo mi” “gue tau lo sayang ma gue. Tapi kamu ga bisa kan ninggalin kebiasaan kamu jalan ma cowok lain?” tanya ku. Lita hanya diam sambil matanya yang mulai berair. ”gue nyerah lit,aku bukan manusia sempurna yang bisa nahan sakit bertahun-tahun dan walaupun kita ga bersama gue masih sayang lo kok selamanya” Lita tetap diam dan menangis sesegukan. Aku mulai lemah melihat lita menangis. Aku bangkit dari kursi dan keluar dari kelas. Tangisan lita semakin keras. Aku menahan sekuat tenaga untuk tidak berbalik dan memeluknya dan berkata aku hanya bercanda. Ini yang terbaik pikir ku. Good bye my angel, my drug, my other half, and my oxygen.