Selasa, 17 Juli 2012

l.o.v.e

Rasa mencinta seseorang itu sangat menyakitan. Apalagi kalau kamu tahu bahwa orang yang kamu cintai secara perlahan-lahan menghilang dan meninggalkan mu sendirian bersama kenangan dengannya. Aku adalah ayu lestari. Seorang pelajar SMA yang sangat gemar mencari kesibukan untuk mengisi waktu luang. Kebanyakan aku mengisi waktu luangku tersebut dengan mengisi accara di radio, ikut eskul di sekolah yang memakan waktu sampai sore dan mengikuti les. Aku termasuk anak yang pendiam, pendiam bukan dalam arti aku tidak suka berbicara melainkan aku tidak suka seperti anak remaja yang lain yang suka mengikuti gerakan, ucapan ataupun model yang sedang trend. Aku lebih suka gaya yang kalem dan tidakk neko-neko. Disekolah juga aku hanya mempunysi 1 sahabat yang selalu menghiburku disaat aku sedih ataupun susah. Aku terlahir dari keluarga yang sangat sempurna. Aku mempunyai ibu dan ayah yang sangat sayang kepada ku. Suatu hari disekolah tepat nya waktu istirahat aku pergi ke kantin bersama sahabat ku Nita. Di sepanjang jalan kami berbicara tentang berbagai macam topik. Mulai dari pelajaran sekolah sampai nita yang bercerita tentang lelaki yang baru ia temui saat berangkat sekolah yang mebuatnya jatuh cinta untuk pandangan pertama. Aku hanya bisa tersenyum menanggapi celotehannya tentang betapa ganteng muka nya hingga postur badannya yang sempurna. Sebenernya aku agak iri dengan sahabat ku ini. Sampai sekarang aku belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Mungkin karena kesibukan ku aku tidak sempat untuk yang namanya jatuh cinta. Sampai di kantin nita izin kepadaku untuk ke toilet sebentar karena adanya panggilan alam. Terpaksa aku yang mencari tempat duduk dikantin. Aku benci dalam mencari tempat duduk dikantin. Kenapa, karena kantin begitu penuh dengan orang-orang. Namun dari kejauhan aku melihat sebuah meja yang kosong. Aneh kenapa orang-orang tidak mau duduk di situ, tanya ku dalam hati. Aku langsung menuju meja tersebut dan segera duduk dan yang aneh nya orang-orang dikantin mengalihkan pandangannya terhadapku. Mata mereka ada yang seperti ketakutan, ada mata yang menyuruhku untuk segera pindah dari meja itu dan ada mata dari anak cheer yang tersenyum puas seolah-olah aku sedang masuk kandang macan. Dan pertanyaan ku terjawab ketika ada suara berat langkah kaki menuju kearah ku. Aku pun segera menengok dari mana suara itu berasal dan...crap! ada seorang laki-laki berdiri di hadapan ku. Aku mengadahkan kepalaku untuk melihat wajahnya. Ya Allah aku berharap waktu agar bisa di ulang kembali dan aku berharap tadi aku tidak berbalik kebelakang untuk melihat wajahnya. Padangannya sangat tajam seolah-olah pandangan nya itu seperti pisau yang sedang menuju ke arah ku. ”ngapain lo disini?” tanya sang pemilik mata pisau itu. ”d.d.duduk” jawab ku gemetaran ”bangun lo, pindah dari sini”bentaknya sambil menarik lengan ku untuk berdiri. Alis aku mengkerut mendengar nada dan gerakan nya yang besikap bossy. Aku menarik lengan ku dari tanganya dengan kasar. ”ngapain, main nyuruh-nyuruh ajah kaya ini meja lo. Siapa cepat dia dapat dong” jawab ku dengan nada menyebalkan dan duduk kembali seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Aku bisa mendengar teman- teman di belakang laki-laki ini tertawa kecil mendengar perkataanku. Tapi aku tetap diam saja sambil membaca menu yang ada di meja. Tiba-tiba aku merasakan air mengalir dari kepalaku. Aku sempat berpikir apakah ini hujan. Namun ketika aku mengadah keatas ini bukan hujan melainkan air dari botol yang sengaja ditumpahkan untuk ku yang tidak lain pelakunya adalah kali-laki ini. Aku berbalik lagi ke arah diman laki-laki itu berdiri dengan muka marah. Laki-laki itu maju satu langkah kearah ku. ”lo ga liat ini meja gue, back off” katanya dengan nada seperti berbisik dan aku melihat senyuman menyeringai dari wajahnya. Plakkk............. aku menampar wajah nya sangat keras. Teman-teman yang ada di belakangnya berhenti tertawa digantikan dengan mulut terbuka karena shock dengan perbuatan yang aku lakukan. ”ini balesan karena udah buat gue basah”kata ku sambil pergi dari kantin ini. Di pintu aku bertemu dengan nita yang wajah nya shock juga. ”loh yu. Kenapa lo basah?” tanya nita sambil mengikutiku dan berjalan menyamai langkahku. Aku hanya diam saja tidak menanggapinya karena pikiran ku yang kacau. Aku langsung mengambil tas di kelas, dan segera pulang kerumah. Keesokan harinya... Gara-gara kemarin sekarang aku terkena flu. Kepala ku teras pening. Namun aku paksakan untuk berangkat sekolah karena ada ulangan kimia. Sesampainya disekolah, aneh ucapan pertama yang aku lontarkan. Tidak tahu kenapa namun atmosfer disekolah sangat aneh. Biasanya orang walaupun tidak kenal aku selalu menyapaku namun ini tidak mereka bertindak seolah-olah aku tidak ada. Samapi dikelas aku langsung menuju tempat dimana nita duduk. Aku senyum kepadanya namun ia hanya memandangku dengan pandangan kesal. ”napa nit?” tanya ku sambil duduk di kursi sebelahnya. Tiba-tiba nita memukul lenganku. “napa si nit, main pukul ajah. Emank gue salah apa sama lo. Sakit tau” keluh ku sambil mengelus lengan yang tadi dipukul nita. ”lo bodo ya. Tau ga siapa yang kemarin nyiram lo?”tanya dengan nada tinggi. ”ga tau” jwabku polos ”doni, ayuuuu. Dia penguasa sekolah ini. Lo ga liat remaren itu lo duduk di meja nya dia” “meja dia dari mana ya gue ga tau. Ni kan sekolah umum bukan punya dia” ”sekolah umum si umum tapi dia tuh penyumbang terbesar disekolah ini. Belum lagi temen-temennya yang orang kaya. Ah parah lo, ngajak ribut anak kaya gitu. Bisa mati lo” kata nita ”duh..its everything gonna be alright nita. Orang sekarang juga ga kenapa-napa tuh” ”Ga kenapa-napa gimana,lo ga liat kelakuan semua anak sekolah yang aneh gini. Mereka semua kan pro ma doni” ”ya udah bodo amat akh” jawab ku sambil keluar untuk membeli minuman. Aku memesan jus alpukat ke mbok minah. Ketika di perjalanan ke kelas. Hp ku bergetar yang menandakan ada sms. Dan sms itu dari nita yang memberitahukan ada guru di kelas. Aku langsung meuntup hp ku dan siap berlari. Namun aku menabrak seseorang, hp ku jatuh. Aku mengadah keatas dan otak ku langsung menangkap wajah yang ada di hadapan ku doni. Parahnya lagi jus alpukat yang baru aku beli tumpah tepat disepatunya.upsss.. ”maap....” kata ku langsung tanpa melihat wajahnya ”maap. Tumben lo bilang maap. Heran gue, kenapa tiap ketemu lo gue sial mlulu” bentaknya “maap..” hany itu yang bisa aku ucapkan. Jujur aku sangat takut pada keadaan ini sehingga aku tidak melihat ke arah wajahnya. ”jadi pembantu pribadi gue”katanya datar ”apa?” Tanya ku sambil mengadah ke atas untuk melihat wajahnya “kalo lo mau minta maaf ke gue, jadi pembantu gue” “kalo gue ga mau” tantang ku sambil berdiri “gue ga tau lo bsa sekolah lagi disini atau engga” jawabnya santai. Lalu pergi melepaskan sepatunya dan melempar kearahku. Aku langsung mengambil hp ku dan meninggalkan sepatunya, pergi kekelas dengan pertanyaan yang masih berkecambuk di kepala ku. Setelah kejadian itu. Hari-hari disekolah ku tidak tenang. Setiap hari aku mendapat banyak sekali cemohan. Aku dikeluarkan dari eskul ku tanpa alasan yang logis. Hidup ku serasa sangat susah sekarang. Apa mungkin gara-gara doni. Aku masih ingat dengan ucapan doni jika aku tidak menjadi pembantunya mungkin aku tidak bisa sekolah disini. Dan aku masih ingat dengan ucapan nita yang mengatakan bahwa semua murid disini pro dengan doni. Setiap aku bertemu dengan doni. Doni hanya memandangku dengan pandangan menghina. Puncak bully nya adalah ketika pulang sekolah. Hari itu aku seperti sudah ga bisa yang namanya merasakan tubuh. Tubuh ku kaku karena babak belur. Sampai dirumah pun aku terkapar di kasur, mamah ku menangis melihat kondisi ku. Namun aku hanya mengatakan karena terjatuh. Mana mungkin aku bilang kepada orang tuaku kalau aku habis dikerjain teman-teman ku. Keesokan harinya tubuh ku sudah agak membaik. Hari ini aku berniat menyetujui permintaan doni. Aku rela asal orang-orang ini berhenti mengerjainku. Maka pagi-pagi aku langsung berangkat dan menuju kelas doni. Doni seperti terkejut melihat ku, aku maju kearah doni. Kami berdiam diri saling menatap satu sama lain untuk sesaat. ”ayo buat perjanjian, gue mau jadi pembokat pribadi lo seminggu. Asal lo berentiin fans lo buat ngerjain gue” kata ku dengan lantang. Doni diam mendengar perkataanku. Namur sekilas senyuman mengembang diwajahnya ”make it 2 week. Baru deal” katanya dengan senyum yang lebar. Baru pertama kalinya aku melihat doni tersenyum seperti itu. Memang dulu kami tidak pernah bertemu. “fine. Dua minggu” kata ku. Dan ingin segera pergi. Namun doni menghentikan langkah ku. ”nama lo sapa? Gue belum tau” teriaknya . oh ya selama kita bertemu. Kita ga pernah yang namanya ada acara kenalan atau apapun. ”ayu” jawabku singkat dan langsung pergi menuju kelasku. Aku benci pelajaran ini. Itulah kata-kata yang aku ulang di pikiran ku ketika mengerjakan pr fisika. Tentu saja aku tidak sempat mengerjakan pr karena kondisi aku kemaren. Karena terlalu fokusnya pada soal di buku ku, aku sampai terkejut ketika merasakan getar didalam kantong ku. Ternyata sms. ”hei buruan kekelas gue, penting!!!!!!!!!!” mata ku menyerengit ketika membaca sms itu. Sms tidak bernama yang seenaknya saja menyuruh orang. Namun otak ku langsung bekerja bahwa itu adalah doni. Aku langsung lari ke kelas doni. Dan crap disana aku melihat doni sedang mengobrol dengan teman-teman orang kayanya itu. Dengan langkah berat aku menuju tempatnya. Tanpa melihat padaku dia langsung menjulurkan uang 50 ribuan. ”apaan ini?” tanya ku dengan nada ketus ”beliin gue minuman” jawabnya singkat masih tanpa melihat kepada ku. Aku memandangnya dengan tatapan tidak percaya dan aku terus mengumpat dalam hati dengan kelakuannya sampai doni sadar bahwa aku sama sekali tidak beranjak pergi. ”ngapain masi disini?” tanya nya. Memang nadanya masih ketus tapi setidaknya dia melihat kearah ku. ”lo nyuruh gue kesini. Cuman buat bliin lo minuman. Lo kan punya kaki, beli sendiri napa?” tanya ku ”buat apa beli sendiri kalo gue punya pembokat?” tanya dia balik. Mendengar omongannya semakin membuat emosi ku terpancing, Namur aku harus menahannya, aku menghembuskan nafas pelan-pelan dan berjalan dengan langkah yang sengaja di hentakan membuat semua orang yang ada dikelas melihat kearah ku. Namur aku tidak mau tahu, aku Cuma ingin doni tau kalau aku kesal. Namur karena terlalu fokus dengan menghentakan langkah, aku tidak sadar didepanku ada pintu dan brakkkkkkk….. aku menabraknya. Aku menoleh kebelakang dan melihat semua orang tertawa kecuali doni yang hanya melihat ku seperti melihat orang aneh. Aku langsung lari karena malu. Setelah membeli beberapa minutan dan snack untukku aku kembali kekelas doni dan menaru minuman tersebut diatas meja dengan keras membuat teman-teman doni terkejut. “ni pesenan lo, gue mau pergi”kata ku. Sambil jalan ke kelas ku, aku terus mengelus jidatku yang tadi terbentur pintu. Mungkin karena benturannya begitu keras, jidatku terasa sakit dan aku merasakan ada benjolan yang timbul di jidatku. Aku langsung menutupinya dengan poni ku. Tiba-tiba ada sms masuk ”kompres tuh jidat pake es, gue ga mau punya pembokat jelek” Aku tertawa kecil membaca sms dari doni. Pulangnya aku disuruh doni untuk menunggunya di gerbang. Dia bilang setiap hari aku harus nemenin dia pulang. Nemenin emanknya dia bayi pikirku. Setelah menunggu cukup lama dengan panas matahari yang menyengat sang doni pun muncul dengan muka yang bisa dibilang jutek sekali. Begitu melewati ku dia hanya berhenti sebentar dan kemudian jalan lagi keparkiran meninggalkan ku di belakang. Terpaksa aku mengikutinya keparkiran. ”don, masa tiap hari gue nganterin lo kerumah buat apa si?” ”masakk” jawabnya singkat sambil memakai jaket ”hah? Masak? Napa ga pembantu beneran lo. Gue ga bisa masak” ”ck... bawel buruan naek” katanya sambil melempar helm. Sepanjang perjalannan menuju rumahnya. Cemberutku semakin menjadi-jadi, karena doni selalu menjawab pertanyaan ku dengan ketus. Sampai dirumah aku masih cmberut ajah dan menolak masuk rumahnya dengan berdiam diri di depan rumahnya. Doni sadar akan gerakan ku yang menunjukan bahwa aku kesal dengannya. Dia bergerak maju kehadapan ku dan hal yang tidak kuduga sebelumnya dia menarik tas ku sehingga aku tertarik kedalam rumahnya. Setelah aku masuk kerumahnya. Dia menutup pintunya dan berjalan menuju kulkas mengambil minuman dingin dan meminumnya. Aku masih menatapnya tidak percaya. ”ada ya, manusia kaya gini” gerutu ku dengan nada berbisik sambil menghempaskan diri duduk disofa. ”gue denger omongan lo tau” kata doni dari jauh ”ko bsa denger si?” tanya ku pada diri sendiri maih dengan nada berbisik ”dengerlah, lo kalo mau ngegerutu pelannin dikit donk. Ngomong udah kaya lagi teriak-teriak” katanya sambil duduk disebelah ku dan memberikan minuman. Aku langsung menerimanya dan meminum. Tidak terasa ternyata aku sangat haus dan dalam sekian detik minuman itu habis. Doni sedikit terkejut dngan kelakuan ku kemudian dia tertawa mengece. ” kalo lo masih haus tuh ambil di dapur. Kalo masih kurang kolam diluar ada” katanya masih dengan nada mengece. Aku bangkit dari sofa dan mengambil minuman kembali. Sambil menenggak aku mendengar doni bicara. ”seperti yang lo liat gue bukan tinggal di rumah tapi di apartemen. Orang tua guue tinggal dilur negeri. Kalo lo mau nanya kenapa gue ga ngambil pembantu, karena gue ga suka ada orang lain di rumah gue. Ngerti?”tanyanya “hm” jawab ku singkat. Masih menangkap apa yang dibicarakannya. “nah Sekarang lo masak buat gue, gue laper” katanya ”tapi don....” ”ga da tapi-tapi buruan laper” katanya dan kemudia tidur disofa. Aku bingun ingin memasak apa karena sumpah yang bisa aku masak air, mie, telor, ayam dan nasi goreng. Ga mungkin kan siang-siang makan nasi goreng. Maka setelah berpikir cukup lama aku memutuskan memasak mie. Setelah jadi aku menata meja makan dan membangunkan doni. Reaksi doni setelah melihat masakan yang aku buat hanya diam dan menatap makanan itu. Aku menarik nafas dalam-dalam dan siap mendengar celotehan doni. Dan seperti yang ditunggu-tunggu doni mulai mencak-mencak. Dan menyuruhku untuk belajar masak. Setelah selesai adegan makan siang dengan ceramahn yang cukup pedas. Aku pulang dari rumah doni sekitar pukul 4. dan pulang sendiri lagi. Memang rumah doni dan rumah ku tidak terlalu jauh hanya beda blok. Namun bagaimana mungkin aku ga tau apartemen ini padahal aku sering sekali lewat sini sepulang radio. Hari-hari ku sekarang bisa dibilang sangat sibuk tanpa perlu aku mencari kesibukan. Setiap istirahat doni selalu memanggilku dan alasannya beliin minuman, makanan dll. Siangnya pulang kerumah doni. Keahlihan memasakku semakin handal, karena setiap hari aku selalu belajar memasak. Tentu saja siapa coba cewe yang ga malu kalo dibilang ga bisa masak. Semakin lama aku berdekatan dengan doni rasa benci ku terhadap dia semakin memudar bahkan yang lebih aneh setiap aku berdekatan dengannya jantung ku berdetak kencang.Namun ada hal yang membuat ku sedih yaitu selama aku dekat dengan doni, doni tidak pernah yang namanya menceritakan tentang dirinya atau keluarganya. Setiap kami mengobrol well bisa dibilang aku mengobrol sendirian karena doni tidak pernah merespon pembicaraan ku paling hanya diam saja. Suatu malam aku terpaksa diam dirumah doni untuk mengerjakan pr matematika, maklum aku paling lemah dalam pelajaran ini, dan menurut nita doni lumayan pintar dalam pelajaran matematika. ”don, lo punya adik ga?” tanya ku secara spontan. “hmmm…”jawabnya sngkat. Karena dia sedang fokus pada soal matematika ”ce/co?” tanya ku ingin tau lagi “ce, napa si lo nanya-nanya?” sentak doni melihatku dengan muka nya yang jutek “just curious, cantik ga. Sekarang dia dimana?” “ yang jelas lo gada apa-apanya ma dia.” Jawabnya sambil tersenyum menyeringai “bete lo!!” balas ku sambil berdiri untuk membereskan buku-bukuku. Doni menyerengit kan alisnya melihat kelakuanku dan menarik tangnku untuk duduk kembali. Aku yang lebih lemah daripada doni menyerah duduk namun tidak menghadap ke arahnya ”mau kemana lo?”tanya nya ”pulang, bete disini” jawabku singkat Keadaan sempat hening beberapa detik setelah itu doni tertawa keras. Aku bingung dengannya apa dia kesurupan pikiran itu langsung ada dibenakku. Saking terlalu keras doni sampai tiduran menahan perutnya. Mulut ku terbuka tidak percaya melihat doni. Aku menarik nafas dan berdiri meninggalkan doni. Baru 5 langkah dari rumah doni, tangan ku tertarik seseorang dan orang itu doni. ”sorry-sorry. Bis lo lucu sii Cuma dibilang jelek ajah marah” katanya. Mukanya merah karena masih menahan ketawa ”ya bukan masalh itunya si don, gue kan Cuma mau tau adik lo, malah ngece gue gimana si” balas ku masih dengan nada marah “hehe soru-sory gue anter ya udah malem” katanya sambil menarik tanganku. Tidak melepaskannya. Entah mengapa aku sama sekali tidak merasa aneh saat doni mengenggam tanganku malah itu terasa hangat. jantung ku mulai berdetak kencang. Aku takut doni bisa mendengar detak jantung ku yang tidak beraturan. Namun beberapa saat kemudian aku sudah bisa relax dan jantung ku berdetak normal kembali Diperjalanan kami sempat berhenti di taman kanak-kanak dan bermain ayunan. Disana setelah aku membujuk doni untuk menceritakan kehidupannya akhirnya doni cerita. ” lo jangan kaget denger cerita gue. Nyokap ma bokap gue cerai waktu gue umur 5 tahun , mita 3 tahun. Orang tua gue selingkuh, tepatnya nyokap gue. Nyokap gue adalah ce yang ga bisa bertahan sama satu co. Bokap gue tau sebenernya dari dulu tapi dia diem ajah sampe suatu hari bokap gue ngeliad ada co keluar dari kamer nyokap gue. Bokap gue ngamuk-ngamuk dan langsung minta divorce ma nyokap gue. Nyokap gue bawa mita dan sekarang tinggal di itali gue ngikut bokap. Pasca divorce bokap gue stress sampe pas gue umur 7 tahun bokap gue nemu cewe dan akhirnya nikah. Nyokap baru gue orang amerika dan tinggal disana terpaksa bokap gue mindahin semua pekerjaannya kesana dan tinggal disana. Gue ga mau ngikut bokap gue.” katanya. Doni menggit bibirnya seperti menahan diri untuk tidak menangis. Melihat dan mendengar ceritanya membuatku merasakan kepedihan hidupnya. Aku mengulurkan tangan untuk menggengam tangannya menenangkanya. Doni melihat ku sambil tersenyum kemudian balas mengenggam tanganku ” berarti lo ga kenal adik lo donk don?” tanya ku setelah doni sedikit tenang. Doni tertawa kecil dan mengelus rambut ku dengan tangan satunya lagi. Tangan nya masih mengenggam tanganku. ”bodo. Gue kenal ma adik gue. Tiap bulan dia dating kesini. Tiap malem juga kita email-email atau webcam kali”. Mulutku hanya membentuk huruf ’O’ mendengar penjelasan doni. ”hidup gue bosan banget tapi sekarang menurut gue ga, coz gue punya pembokat yang jelllleekkkk” kata doni sambil melirikku. Mau tidak mau aku hanya ikut tertawa mendengar pernyataannya yang menurut aku lucu. Aneh malam itu aku merasa sangat nyambung dengan doni, karena percakapan kali ini bukan Cuma aku yang berbicara tetapi juga doni. Setelah mengobrol cukup lama doni mengantarkan ku pulang dan berbicara kepada orang tua ku alasan aku pulang malam. Ibuku sepertinya tidak bisa ngomong apa-apa karena terpesona dengan wajah doni dan caranya berbicara sopan sedangkan dengan ku tidak sesopan itu . Keesokan harinya doni tidak masuk sekolah, aku menelepon dia tidak jawab dan dirumahnya pun tidak ada orang. Aneh, doni tidak biasanya seperti itu dia selalu mengabariku jika ia tidak masuk walaupun Cuma sms singkat yang dibelakangnya selalu ada tanda seru. Sudah dua hari doni tidak masuk, rasa khawatirku semakin menjadi-jadi sehingga malam nya aku tidak bisa tidur. Jam sudah menunjukan pukul 1. mataku masih saja terbuka lebar menatap layar hp.. tiba-tiba hp ku bergetar yang menandakan ada telepon. Doni. Aku langsung mengangkat nya. ”halooooo” seruku ceria ”seneng banget gue telepon. Nungguin gue nelpon ya”godanya ”geer banget lo.. kemana aja lo. Kok ga masuk?telepon juga ga aktif” ”gue ada urusan, gila pesan lo banyak bnget 50 sms,20 voice message. Ckckck apa lo segitu kawatirnya ma gue?”godanya lagi ”akhhh kalo lo nelpon buat godain gue, gue tutup udah malem”bales ku. Pura-pura kesal dengan candaannya itu. ”wait. Bisa keluar ga?” tanya nya. Nadanya serius ”uda malem mau kemana?”tanya ku. ”kemana aja. Buruan dingin ni!” rayunya ”hah. Emank lo ada dimana?” tanya ku “gue udah ada didepan rumah lo, buru” Aku lansgsung berlari keluar dengan tanpa suara takut mebangunkan orang tua ku. Begitu membuka pintu aku langsung melihat wajah pria yang sangat aku ingin temui sedang tersenyum kepada ku.. Dia masih menggunakan piama dan jaket. Aku sempat tertawa kecil ketika melihat dia memakai piama spongebob. Lucu dan kekanak-kanakan. “ayo naik”ajaknya. Aku langsung menuju motornya. Senyum tidak pernah lepas dari wajahku. Kami berjalan memutar-mutar kota. Ternyata jalan-jalan tengah malam tidak buruk juga. Memang rasanya agak menyeramkan dan sangat sepi namun karena aku bersama doni hal itu menjadi menyenangkan. Doni memberhentikan motornya ketika sampai ditempat yang tinggi sehingga kami bisa melihat lampu-lampu menyala yang menyinari kota. Kami tidak turun dari motor. Hanya diam disana melihat dan menikmati pemandangan lampu-lampu kota yang indah. Udara diluar semakin malam semakin dingin memuat ku gemetaran kedinginan. Tentu saja aku lupa membawa jaket. Doni sepertinya sadar aku kedinginan ”dingin?” tanyanya lembut. Aku mengangguk kecil. Doni tersenyum kemudian melepaskan jaket ku dan mengaitkannya kepadaku. ”ntar lo nya dingin ga?” tanya ku.aku takut doni kedinginan. Karena wajahnya menurut ku agak pucat ”engga.. santai. Gue cowo” katanya denga nada riang ”mau cowok cewe yang namanya dingin ya din...hachiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii” omongan ku terpotongg karena bersin. Doni tertawa melihat ku. ”lo masih kedinginan? Sini gue peluk biar anget”katanya . Tanpa menunggu jawabanku dia langsung menarikku kepelukannya. Awalnya aku sempat berusaha melepaskannya karena kaget, namun doni menolak melepaskan ku. Dan akhirnya aku menyerah dan memeluknya kembali. Kami berdiam diri sama-sam menikmati kehangatan. ”kita pacaran yuk” katanya tiba-tiba. Aku mencoba melepaskan diri untuk melihat wajahnya dan berhasil. Aku sama sekali tidak melihat kebohongan diwajahnya. Dimatanya hanya terlihat cinta Namunr ada juga seperti kepedihan. “okay….” Kata ku singkat kemudian tersenyum lebar. Doni membalas senyuman ku dan memelukku kembali. Setelah itu kami pulang. Sampai dirumah sebelum pulang doni menciumku, doni tertawa kecil melihat muka ku yang merah . Sampai dikasur aku belum bisa memejamkan mata. Sumpah menurut aku ini hari yang terindah dan penembakan doni menurut aku adalah yang teromantis, jelas ajah romantis namanya juga baru ditembak. Ada sms masuk ’tidur!!!!!!!! jangan mikirin gue ajah (LOL)’ Aku tersenyum membaca sms doni. Ada sms lagi Pasti lagi senyum-senyum Dia bisa baca pikiran ku, pikirku. Getar lagi kali ini bukan sms melainkan mms. Isinya poto doni sedang memakai piama sambil tersenyum lucu Good night princess. Aku terus tersenyum sambil memandangi poto doni di layar hp. Ga pernah aku bayangin bakal punya co seganteng dia. Ternyata ini yang namanya jatuh cinta. Indah sekali rasanya kita ingin selalu tersenyum. Tahu begini aku pasti ingin jatuh cinta lebih cepat saja. Besoknya doni menjemputku ketika ingin berangkat. Dia tersenyum lebar ketika menyambutku didepan rumah. Perjalanan kesekolah terasa begitu singkat padahal kami sudah mutar-mutar terlebih dahulu. Dikelas aku tidak bisa berhenti memikirkan doni dan tangan ku jariku tidak mau diam untuk mengirim sms ke doni. Pulangnya doni mengajakku ke bandara. ”don, ngapain kesini?” tanya ku begitu sampai di bandara internasional ”ketemu seseorang saaayyaanng” kata nya dengan nada yang sangat manis. Mendengar kata sayang masih terasa asing bagiku sehingga membuatku blush. ”muka lo tambah lucu kalo merah ” kata doni sambil mengelus pipiku. Muka ku mungkin semakin merah padam dengan doni yang mengelus pipiku. “ loh kok tambah merah muka nya, hahaha. Jadi mau makan lo” kata doni. Muka nya semakin dekat dengan muka ku. Aku menutup mata ku ketika doni semakin dekat namun tiba-tiba ”doniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii” teriak seseorang dari jauh. Aku membuka mataku dan melihat sesosok wanita berjalan kearah kami. Wajahnya sangat cantik. Siapa cewe ini? Pikir ku. Wanita itu berhenti di depan doni dan langsung memeluknya. ”i miss you” kata nya dengan logat yang aneh ”well, me too” jawab doni. Mereka melepaskan pelukan namun masih saling berpandangan. Aku merarik baju doni sedikit untuk meminta perhatiannya bahwa aku masih disini. Doni langsung tertawa dan menarikku kesebelahnya melingkarkan tangannya di pinggangku. ”oiya. Ini ayu.ayu ini mita adik gue” ‘oh adiknya pantes ajah agak mirip. Buset dah waktu doni bilang adiknya cantik emank ga boong’ kata ku dalam hati ” hai gue ayu. Nice to meet you” kata ku sambil mengulurkan tangan. Mita balas mengulurkan tangannya “aakuu mita” katanya dengan senyum yang bisa aku lihat seperti terpaksa. Dia langsung mengalihkan pandangannya ke doni. Aku ikut melihat doni dan aku juga melihat doni memandang adiknya dengan tatapan menegur seperti takut adiknya berbuat sesuatu. Doni seperti sadar dan langsung berpaling menghadapku lagi “ balik yuk” ajak doni tiba-tiba membuyarkan lamunan ku. Dirumah doni aku langsung menuju dapur untuk membuat makanan. Mungkin saja adik doni lapar pikirku. Sementara doni dan adiknya sedang mengobrol. Tentu saja aki tidak mau menganggu obrolan keluarga mereka. Mereka mengobrol sangat pelan sehingga aku tidak bisa mendengar apa yang mereka obrolkan. Tiba-tiba tangan memelukku dari belakang dan aku tahu itu doni. Aku sempat shock kemudian tersnyum. ” mau masak apa” tanya doni lembut. Dagu nya menempel dibahu ku dan matanya tertutup seperti ngantuk. ”masak spagetti” balas ku. Aku melihat kearah doni dan melihatnya tertidur. ” tidur dulu sana ntar gue bangunin” kataku sambil membelai pipinya ”hm... ga akh gue mau tidur nya sama kamu” goda doni. seperti biasanya muka ku langsung merah. Argggg aku benci kebiasaanku ini. ”pervert...” kata ku sambil mencoba melepaskan diri. Namun doni menolak melepaskan diriku. ”donn’’’ rengek ku. Doni tertawa dan mengecup pipi ku kemudian melepaskan pelukannnya dan pergi kesofa untuk tidur. Aka hanya bisa tersenyum melihat kelakuannya. Orang seperti doni ternyata bisa seperti anak kecil. Ketika sedang asik memasak adik doni datang kedapun. ”hai mita” sapa ku ”hai. Masak apa?” tanyanya ”spagetti. Suka kan?” tanya ku Dia hanya menganggukaan kepalanya sambil memainkan saos spageti di mangkok ”do you really like my brother?” Tanya nya tiba-tiba “iya lah .. lo ga percaya?” “hmm….please take care of him “ jawabnya dan langsung keluar. Aku melihat mita penasaran. Mita tadi keluar seperti menangis apa aku tadi mengucapkan kata-kata yang kasar pikirku Makan malam kami bertiga sangat menyenangkan. Sebenarnya aku pikir hanya kita berdua aku dan doni karena adik doni terus diam. Dia hanya mengobrol kalau doni atau aku bertanya. Doni bilang mita ga begitu ngerti bahasa indonesia makanya dia lebih banyak diam namun menurut aku adik mita bukannya tidak bisa bahasa indonesia tapi dia seperti menahan sesuatu untuk dikatakan . Pulangnya aku menolak diantar dengan doni, karena aku tidak mau mengambil waktu doni terlalu banyak ketika dia sedang bersama keluarga. Keesokan harinya doni menjemputku seperti biasa. Doni bilang mita sudah pulang lagi gara-gara nyokapnya sekarang masuk rumah sakit. Aku bisa melihat doni bersedih ketika membicarakan ibunya. Bagaimanapun nyokap doni masih nyokapnya yang melahirkannya walaupun mungkin kelakuannya terhadap ayahnya membuat dia membencinya namun mungkin dilubuk hatinya dia sangat mencintai ibunya. Entah perasaan aku atau apa setelah doni kembali dari dua hari hilangnya doni, doni jadi sedikit lebih kurus dan selalu terlihat pucat. Setiap kali aku bertanya doni selalu bilang mungkin itu perasaan aku saja atau terkadang dia menjawab kurang tidur karena banyak tudas. Kesokkan harinya doni terlihat lebih pucat lagi dari sebelumnya namun kali ini ia mengaku kalau sedang tidak enak badan. ” pulang ajah gih” kata ku pada jam istirahat. Doni sedang tiduran di pangkuan ku. ”lo ntar pulangnya gimana?” tanya nya balik. Matanya masih menutup. Aku tertawa kecil mendengar pertanyaannya. Doni langsung membuka matanya dan alisnya mengernyit menatapku. Sumpah aku memang mengagummi mata doni . matanya sangat indah. Aku mengelus-ngelus rambutnya ”gue kan bisa naek angkot doni” kata ku dengan nada lembut. Doni cemberut mendengar jawabanku. Aku mendorong kepalanya untuk bangkit setelah itu aku berdiri dan mengulurkan tangan. Doni menyambutnya namun mukanya masih cemberut dan masih dipenuhi dengan tanda tangan. ”ayo gue anter ke piket” ajak ku sambil menarik tangannya dan tasnya. Doni hanya menurut saja ditarik olehku. ”ntar nyampe rumah sms gue ya?” pesan ku ke doni selagi dia memakai helm ”ookkkkayy” katanya dengan nada seperti anak kecil. Selagi belajar aku tidak bisa konsentrasi pada pelajaran. Mata ku tertuju pada layar hp ku yang tidak menunjukan ada nya sms. Aku sangat khwatir dengan keadaan doni. Apakah dia sudah sampai. Rasanya waktu menuju pulang sekolah sangat lamban. Ketika akhirnya bel berbunyi aku langsung membereskan buku-buku dan memasukkan ke tas. Sampai dirumah doni, aku memencet bel. Namun tidak ada tanda-tanda doni akan membuka pintu. Maka aku memutar kenopnya dan terbuka. Ternyata doni tidak menunci pintunya. Didalam apartemen doni kosong, tidak ada doni disini pikirku. Namun pikiran itu langsung terhapus ketika mendengar suara rintihan dari kamar doni. Aku menghampirinya karena ingin tahu. Ketika aku membuka pintu kamar doni, bener saja doni ada disana. Namun ada yang janggal doni duduk di pojok kasur dekat dinding dan tangannya memegang lutut sedangkan kepalanya di tengah-tengah lututnya. ”don” panggil ku Doni tetep bergeming hanya nafasnya saja yang terdengar. Karena rasa khwatirku yang sangat besar aku nekat menghampirinya dan naik ke atas kasur. ”don” panggilku sekali lagi sambil menggoyangkan tubuhnya. Badannya dingin pikirku ketika bersentuhan dengan kulitnya ”doni, lo napa?” teriakku panik mencoba menarik tangan yang menutupi kepalanya dengan sekuat tenaga. Tangan doni lepas dan kepalanya perlahan mengangkat menatap ku. Mukanya sangat merah dan matanya seperti sembab karena air mata. ”yu?” panggil doni lirih Aku langsung menarik doni kepelukanku. Aku memang tidak tahu apa yang terjadi tapi sekarang aku hanya ingin memeluknya merasakan apa yang sedang ia rasakan. Ia memelukku kembali sangat erat hingga aku sulit bernafas. Dalam pelukanku dia terus merintih kesakitan. Setelah beberapa menit doni akhirnya bisa tenang dan pelukannya agak sedikit mengendur . Aku bisa bernafas normal kembali. Aku menarik tangan doni dari pinggangku untuk melepaskan pelukan dan bangkit dari kasur menuju lemari untuk mengambil jaket kemudian kembali ke doni. Aku menarik doni yang sangat pucat untuk berdiri dan memakaikannya jaket.lalu menariknya keluar. Doni bergeming tidak bergerak. ”mau kemana?” tanya doni dengan nada berbisik ”kita ke dokter” kataku singkat ” ga mau” jawabnya Kali ini aku tidak mau menuruti perkataannya aku langsung menariknya keluar dan menuju dokter dengan taksi. Di taksi doni diam saja dan hanya melihat ke arah jendela. Aku meraih tangannya dan menggengamnya. Doni balas mengenggam tangan ku namun pandangannya tetap keluar jendela. Hatiku sakit melihat doni seperti ini sama sekali tidak melihatku. Sampai dirumah sakit. Dokter menyambut kami dengan ramah dan langsung memeriksa doni. Senyuman di wajah dokter berubah serius ketika melihat hasil doni. Dokter sangat baik dia menjelaskan secara detail penyakit doni sehingga aku tidak kesulitan untuk menangkapnya. Kangker otak. Dokter bilang kangker itu sudah hilang setelah operasi beberapa tahun lalu namun sekarang kembali lagi dan sudah tidak bisa disembuhkan lagi.. Diperjalanan aku diam saja. Rasanya tubuh ku seperti kaku dan mulutku juga kelu tidak bisa berkata apa-apa. Begitu pula doni juga diam saja. Namun sekarang dia tidak melihat jendela melainkan kearah ku. Sesampainya dirumah doni aku langsung melempar tas ku dan menangis keras seperti anak kecil yang kehilangan permennya. Doni diam saja dan duduk dipojok ruangan dan membentuk dirnya seperti bola. Matanya berkaca-kaca. Aku menghampiri doni. ” damn don, brain cancer. Why are you doing this to me. Lo udah tau ka dari dulu napa lo ga pernah cerita ke gue!!” teriak ku kedoni sambil memukuli lengan doni tidak melawan melainkan pasrah dipukuli oleh ku. ”maaf” kata nya. Ucapan maaf doni yang terdengar sangat tulus dan sangat menyakitkan bagiku. Aku pun menghentikan pukulan membabi buta. Aku menatap doni dan melihat doni sedang menatapku sambil menangis. ” sumpah don, gue benci lo” kata ku sambil berlari keluar. Aku butuh waktu sendiri mungkin aku belum bisa menerima berita yang mengejutkan ini. Coba kalian bayangkan bagaimana rasanya kalo orang yang kalian cintai dengan setulus hati tiba-tiba lo tau kalo secara perlahan-lahan dia bakal menghilang dari dunia ini dan ninggalin lo sendirian di dunia ini. Sakit sumpah sakit membayangkan hidupku tanpa doni. Mengapa Doni tidak pernah cerita bahwa dia terkena kangker otak, mungkin juga teman-temannya sudah tau dan mita, mita tau dari awal makanya dia bersikap seperti itu kepada ku. Apa aku ga penting buat doni.why are you doing this to me don?. Aku terus menangis malam itu. Sampai rasanya aku tidak mampu lagi mengeluarkan air mataku. Keesokan hari nya aku langsung bersiap pergi , semaleman aku tidak tidur. Aku berangkat pagi-pagi dan pergi menuju rumah doni. Aku memencet bel doni, namun tidak ada gerakan. Aku memencetnya lagi dan pintu pun terbuka menampilkan doni yang masih memakai pakaian kemarin. Air mataku hampir keluar lagi melihat pakaian kemarin yang doni kenakan ketika pemeriksaan dan juga melihat muka doni yang pucat. Dibawah matanya ada lingkaran hitam. Mungkin semalaman doni juga tidak tidur.Doni terkejut melihat ku. ” loh don, kok belum siap-siap?” tanya ku riang. Namun suara ku agak bergetar menahan tangis. Doni hanya memandangku dia tidak bergerak sedikit pun ” lah malah ngelamun, buruan” kata ku sambil mendorong nya masuk kerumah. Doni menuruti ku dan segera berlari ke kemar mandi setelah mengecup pipiku. Terdapat senyuman diwajah doni yang pucat. Aku tersnyum kecil melihat langkah doni yang menuju kamar mandi. Selagi doni mandi aku mempersiapkan sarapan pagi. ” don ayo makan” ajak ku ketika melihat doni keluar dari kamar mandi. Doni tersnyum dan menuju kemeja makan dan duduk disebelahku. ”gue tau lo pasti Belum makan dari kemarin, nah biarin cewe lo ini nyuapin lo. Okayy ni aaaaaa” kata ku sambil menyodorkan sesendok nasi ke mulut doni. doni membuka mulutnya dan mengunyah nasinya secara perlahan. Matanya tidak pernah lepas memandangku ”thanks” kata doni ketika aku sedang mencuci piring. ”hm” jawabku singkat ” makasih tetep terus ada disisi gue” kata doni,suara doni beerbeda dengan biasanya. Sekarang suarnya agak serak dan terkesan seperti berbisik. Setelah beberapa hari keadaan doni semakin parah, aku pindah ke apartemen doni untuk merawatnya. Aku selalu mencoba tegar ketika dihadapan doni namun di belakanya aku selalu nangis. Aku selalu memeluknya ketika ia merasakan sakit yang luar biasa. Ketika dia muntah-muntah setelah menjalani kemo. ketika aku menemukan saputangan yang ia sembunyikan dibawah bantal penuh dengan darahnya dam rambutnya yang rontok secara tidak sadar diam-diam aku menangis. Aku sudah tidak kuat menghadapi kondisi doni yang semakin parah. Aku cape dengan perasaan takut kalo doni tiba-tiba tidak bangun di pagi hari. Pagi ini doni di haruskan masuk kerumah sakit untuk menjalan rawat inap karena kondisinya yang semakin parah .Ketika aku memotong rambutnya di halaman rumah sakit doni berkata. ”hey, gue masih ganteng an?walaupun abis ini gue bakal gundul ” godanya Aku tertawa kecil mendengar godaannya, tetap saja doni tetap doni walaupun dia sakit. “yu..” panggilnya ”tetep tegar ya kalo gue udah meninggal lo orang yang gue larang buat nangis” kata nya dengan nada srius. Aku menutup mata mendengar pernyataannya. Aku tidak bisa menjawab dan terus mencukur rambutnya hingga gundul. Ketika aku sedang memakai kan kupluk dikepanya dia menarik tanganku ” janji ya,?” rengeknya ”gue ga mau denger lo nangis” “gue janji” kata ku dengan mantap, padahal aku tidak tahu bisa menepatinya atau tidak ”thanks” Besoknya hal yang aku takut kan sejak dulu terjadi juga ketika aku membangunkn doni dia tidak mau bangun, badanya dingin. Aku mencoba membangunkannya lebih keras namun tetap saj matanya tidak terbuka dan tidak ada hembusan nafas. He’s gone, my prince has gone. Teman-temannya menangis sambil mengucapkan banyak kata begitu juga adiknya yang baru tiba dan langsung memeluk kakaknya. Aku Cuma mengucapkaN sedikit kata yaItu aku ga nangis.. Aku tetap mengulang kata-kata do you really wanna hurt me with those promise di dalam hati. Aku benci doni, aku benci dengan perjanjian ku dengan doni yang ga bakal nangis. Aku benci doni yang bilang ga mau nyakitin aku tapi kenyataannya dia yang membuat aku sakit karena aku tidak bisa menangis ketika aku tahu dia sudah meninggal, aku tidak bisa nangis ketika dia dikuburkan, aku tidak bisa nangis ketika membereskan bajunya di rumah sakit, aku juga tidak bisa menangis melihat kupluk yang biasa ia gunakan.ketika aku membereskan kasurnya yang masih kusut bekas doni tidur aku menemukan surat. Surat doni. To my princess Hai, keep on your promise dear.. Sebenernya banyak banget yang masih ingin gue katakan ke lo, mungkin gue suka lo dari pandangan pertama pas kita ketemu di kantin. Gue terpikat sama mata lo yang nunjukin ketakutan kegue tapi ternyata lo berani sama gue, bahkan nampar gue. Sumpah lo orang pertama yang berani kaya gitu. Mulai detik itu gue pengen deket ma lo tapi gue ga tau caranya dan secara kebetulan lo nabrak gue dan minta maaf ke gue. Gue langsung manfaatin lo buat jadi pembantu pribadi gue. Dan gue juga ga tau ternyata lo kena bully temen-temen gara-gara gue. Gue ga pernah nyuruh mereka buat ngelakuin itu. Waktu dua hari gue ilang itu pas gue tau penyakit gue kambuh lagi dan tambah parah. Bahkan dokter bilang nyawa gue bisa dihitung. Nyebelin banget tuh dokter. (lol) saat gitu orang yang pertama gue inget lo ayu. Gue tau lo orang nya kuat jadi gue pikir lo orang yang pantes buat nemenin gue. Makanya gue ngajak kita pacaran. Tapi sekarang gue nyesel udah milih lo. Gue nyesel karena lo ga sekuat yang gue kira. Maafin gue udah nyakitin lo, padahal gue janji ga bakal nyakitin lo. Gue tau luka-luka di lengan lo gara-gara gue meluk lo pas lagi kesakitan, gue tau lo suka nangis diam-diam, lo ga mau nangis didepan gue kan? Please dont hate me. Makasih my princess udah jadi cewe apa adanya dimata gue yang bikin gue suka ma lo Makasih my sweetie karena nemenin hari-hari gue yang ngebosenin, jadi pembokat gue Makasih my love karena lo udah mau jadi ce dari cowo yang penyakitan ini Makasih honey karena lo tetep disisi gue saat gue lagi kesakitan Makasih dear karena lo udah nahan air mata lo didepan gue dan makasih udah nepatin janji lo untuk ga nangis buat gue Terakhir gue minta maaf ga bisa nemenin lagi hari-hari lo, ga bisa meluk lo disaat dingin, gue minta maaf karena selama ini gue ga pernah say love words ke lo. Maafin gue. Love you dear. Air mata ku tidak bisa terbendung lagi, aku menangis keras, kepala ku sakit dan dadaku juga sakit. Sekarang keadaan terbalik kali ini aku benci dengan diriku karena tidak bisa menepati janji namun aku janji ini terakhir aku nangis buat doni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar