Selasa, 17 Juli 2012

my heroin

Kamu tidak tahu rasanya menjadi aku dan kamu tidak akan mengerti apa yang aku rasakan. Menjadi seseorang yang lemah karenanya. Mencintai seseorang sebenarnya ada begitu banyak cara, namun entah kenapa aku memilih jalan ini. Jalan yang memberikan rasa sakit yang begitu dalam dan perlahan-lahan mungkin bisa membunuhmu, aku tahan rasa sakit ini hanya untuk membuatnya tidak menangis di hadapan ku. Mungkin aku juga yang egois karena tidak membiakan dia pergi Dia adalah malaikat ku atau mungkin lebih baik di bilang dia adalah narkoba bagiku. Ya aku menamakan dia narkoba ku karena aku merasa senang jika aku bisa bersama dia namun dalam sesaat kesenangan itu dapat berubah menjadi sesuatu yang menyakitkan. DESEMBER, 3 2008 Sambil tersenyum aku memandangi bayangan yang terpantul dalam cermin. Pantulan dalam cermin itu seperti tidak nyata, menurut ku dia lebih cakep daripada yang aslinya. Aku sangat tersenyum bangga dengan pakaian ku hari ini. Kalau bukan karena bantuan sandy sahabatku mungkin hari ini aku sudah berdiam diri dirumah saja karena mati gaya. Its a special day menurut ku, kenapa? Karena hari ini adalah hari anniversary ku yang ketiga tahun dengan my angel. Setelah mengecek sekali lagi penampilan ku, aku pergi keluar rumah menuju toko kue yang berada di seberang rumah ku. Tidak memakan waktu lama bagiku untuk memilih kue kesukaan angel ku karena dia sangat suka dengan kue moka. Maklum dia tidak begitu suka sesuatu yang manis-manis. Sambil menunggu kue dibungkus aku menelepon lita. ”halo” sapa lita. Suaranya tidak begitu jelas karena bising. ”ada dimana?”tanyaku ”hmm ... lagi belanja sama gia di mall” kata lita menaikan nadanya agar bisa terdengar olehku ”ohh...jangan sampe telat jam 7 loh” kataku sambil tersenyum, tanpa menunggu jawaban dari lita aku menutup hpku. Setelah membeli kue, aku pergi ke swalayan terdekat untuk membeli bahan makanan, hari ini aku berniat memasak masakan kesukaan lita dan membeli beberapa makanan kecil serta minuman. Aku tahu lita hidup sendiri maka dia lebih sering membeli makanan diluar dari pada memasak. Sukses dengan belanjaan aku langsung menuju ke rumah well lebih tepatnya apartemen lita. Apartemen lita berada pada lantai lima. Sambil menunggu lift terbuka aku terus tersenyum bahkan sesekali aku tertawa ketika membayangkan wajah lita yang kaget karena melihat ku di apartemennya. Sampai di depan apartemennya tanpa membuang waktu aku membungkuk dan mengambil kunci yang tersembunyi di bawah karpet, kebiasaan lita sejak dulu. Begitu ku buka pintu seperti biasa ruangan tersebut dipenuhi dengan wangi khas lita yang sangat lembut. Ku buka jaket ku dan menuju arah dapur. disana lah aku memulai semua persiapan anniversary. Hal yang pertama aku lakukan adalah memasak masakan kesukaan lita. Ini adalah hal yang pertama bagiku. Dulu aku sama sekali tidak pernah menyentuh barang-barang seperti spatula, panci, kompor dan pisau. Ini semua buat lita, pikirku. Well sebenarnya tidak parah-parah sekali untuk pemula masakan bisa di bilang lumayan walaupun penampilannya kurang menyenangkan untuk dipandang. Namun mau dikatakan apa lagi waktu sudah tidak cukup. Hal yang kedua dilakukan adalah membersihkan rumah kemudian menata balcon menjadi sesuatu yang romantis. Dengan bunga dan lilin disekitarnya. ”sempurna” kataku bangga melihat hasil dekorasi pada balcon. Aku melihat jam tangan di lengan ku jam sudah menunjukan pukul 17.00 dan itu artinya sebentar lagi lita pulang. Selagi menunggu aku mencoba membereskan lagi penampilan ku yang sedikit rusak, setelah rapi aku duduk disofa. Lama kelamaan aku bosan dan hal yang selanjutnya kulakukan adalah menyetel dvd. ”ohhhhhhhhhhh” teriak ku begitu saja ketika aku sadar aku tertidur. Kulihat jam sudah menunjukan pukul 23.00. aku tidur terlalu lama. Ruangan sudah gelap, masih menguap aku mencari-cari sakelar di dinding dan akhirnya aku menemukan. Seketika ruangan menjadi terang dengan sekali tekan. Aku meliht sekeliling ruangan namun aku tidak menemukan lita. Keringat dingin langsung keluar begitu saja. Aku langsung berlari sambil membawa jaket ku. Namun langkah ku terhenti ketika aku membuka pintu dan melihat dua orang sedang berciuman. Hatiku bagai tertusuk pisau saat aku tahu orang yang sedang berciuman itu adalah lita. Mereka seperti sedang asik dengan dunia nya sendiri sampai tidak sadar aku sedang melihatnya. Sampai beberapa detik lamanya aku diam disana memandang pemandangan yang tidak semestinya aku lihat. Namun sepertinya lita sadar akan kedatangan ku dan menarik diri dari pelukan laki-laki yang aku tidak ketahui namanya itu. ”kenapa babe, kita belum selese” kata laki-laki itu mencoba meraih lita. Namun lita malah mendorongnya ”ga, pergi sana!!” bentak lita. Laki-laki itu memandang lita dengan sorotan yang tajam kemudian pergi. ”mi...” panggil lita. Aku menarik nafas panjang kemudian berbalik kembali ke dalam apartemen. Aku mendengar suara kaki lita mengikutiku dan berhenti dibelakang ku. aku takut aku tidak berani membalikan badan dan melihat wajah lita. Setelah beberapa menit kepalaku mulai dingin dan aku menarik tangan lita tanpa melihat kerah wajahnya. Aku menariknya kearah balcon yang sudah disediakan. ”duduk”perintahku. Lita masih bergeming, dia hanya melihatku. ”mi...”panggilnya pelan ”please lita jangan ngerusak hari ini dan duduk ” kata ku mencoba mengontrol emosi. Lita langsung menunduk mendengar nadaku dan duduk didepan ku. tidak ada pembicaraan, semua nya hening. Aku melihat jam yang menunjukan pukul 12.00. ”gue pulang, jangan lupa makan...” kataku ”oh ya happy anniversary” kataku mencoba senyum Lita mengadahkan wajahnya dan menatapku heran. Well aku kira dengan melihat wajah lita yang menunjukan muka kaget dia lupa kalau hari ini hari anniversary kami. Ketika aku ingin melangkah kan kaki, tangan lita memelukku dari belakang menahan ku pergi. Suara isak mulai terdengar dan baju bagian belakang ku mulai basah. Betapa aku benci pada saat keadaan seperti ini. Aku berbalik kebelakang dan mengadahkan wajah lita. Wajah lita merah seperti udang yang baru matang dan matanya mulai bengkak. ”kenapa kamu nangis?” tanyaku lembut ”kamu marah sama aku. Maaf” kata lita terisak-isak ”aku janji ini terakhir kalinya fahmi, jangan tinggalin aku” kata lita memohon. Air matanya semakin deras. ”aku ga marah” kataku pelan. Lita mengadahkan wajahnya kemudian mengusap air matanya lalu tersenyum kepadaku. Aku balas tersenyum kepadanya. Kemudian di memelukku sekali lagi.well aku harap ini janji lita yang terakhiir kalinya. Kami pun berdiam dalam posisi seperti itu tak lama kemudian aku mendengar suara dengkuran lembut, lita pasti ketiduran. Dengan lembut aku menidurkan lita di kamarnya. Lita seperti tersentak sedikit dan memanggil namaku namun matanya masih tertutup. Aku duduk dipinggir kasurnya dan mengelus rambutnya. ”how can angel like you could hurt me so much”kataku tersenyum sedih menatap lita. FLASHBACK Mei, 5 2004 ”tenang, tenang, tenang” bisiku pelan kepada diriku sendiri. Well kebiasaan ku jika hari pertama sekolah aku selalu gugup. Aku menatap tulisan yang ada di gerbang ’welcome siswa baru sma pelita’ . dengan langkah berat aku memasuki sekolah tersebut, sepanjang jalan aku tidak berani menatap kedepan yang aku lakukan hanya menatap tanah. Aku takut bertemu muka dengan kakak kelas ku. Well bagaimana aku tidak parno dalam menghadapi MOS selama aku melakukan kegiatan untuk perkenalan diri terhadap sekolah aku selalu terkena imbas hukuman dari kakak kelas. Sampai dikelas aku memberanikan diri menatap kedepan dan meneliti seisi ruangan untuk mencari tempat yang kosong. Namun pencarian ku mendarat pada sesuatu, apakah aku mimpi karena aku melihat bidadari di meja depan.dia seperti bersinar, kulitnya yang putih porselin, bibir yang indah, rambut panjang yang hitam dan matanya yang jernih seakan-akan didalam nya kita seperti bisa melihat lautan sangat jernih dan yang terpenting dia sedang memandang ku. Aku langsung sadar dan berlari ke bangku kosong di belakang. Sejak hari itu aku diam-diam selalu memandangi angel yang aku ketahui namanya adalah lita dan entah seperti Tuhan memberikan jalan yang sangat mudah karena bangku yang aku tempati adalah bangku yang sangat stategis untuk memandanginya. Hal yang membuatku terkejut adalah ketika suatu hari pulang sekolah aku melihat lita masuk kedalam bis yang aku naiki. Namun karena bis sudah penuh terpaksa lita berdiri ditengah kerumunan orang-orang. Mataku tidak pernah mengalihkan pandangan dari lita. Aku takut orang-orang akan berbuat jahat kepadanya karena dia sangat cantik luar biasa. Dan benar saja pikiran ku,orang-orang mulai sengaja mendesak lita agar bisa bersentuhan dengannya. Emosiku mendadak memuncak ketika aku melihat salah seorang dari kerumunan tersebut mengulurkan tangan untuk menyentuh lita. ”lita...” teriakku memberentikan niat orang pervert tersebut. Lita celingukan melihat kearah suara yang memanggilnya. Aku memanggilnya sekali lagi dan melambaikan tangan menyuruhnya kearahku. Lita menurut dan mendekat kepadaku. Alisnya bertaut memandangku ”duduk sini” kataku sambil bangkit dari kursi. Lita memandangku tidak berkedip aku tertawa kecil dan menarik tangannya untuk duduk. Masih memandangku namun kali ini matanya jadi lebih besar dan sangat menarik. Aku malah balas menatap lita sambil menahan senyum. Beberapa detik kemudian lita memutuskan lomba menatap kami dan menunduk. aku tertawa kecil melihat lita kemudian mengeluarkan ipod ku. Selama dijalan tidak ada pembicaraan. Lita asik memandang lantai bus dan aku pura-pura asik mendengarkan ipod padahal sebenarnya jantungku sedang berdegup kencang karena berada didekat lita. Tak lama kemudian bus pun mulai sepi hanya tersisa beberapa orang dan sekarang aku sudah mengganti posisiku menjadi duduk disebelah lita. Well tidak disebelah seperti yang kalian bayangkan namun duduk di paling pinggir tetapi dikursi yang sama dengan lita. Ketika aku sedang asik mendengarkan musik aku merasa lita terus memandangiku dan sumpah itu menggangguku sekali. Aku pun menengok kearah lita dan benar saja dia langsung mengalihkan pandangannya begitu tertangkap olehku. ”mau dengerin?” tanyaku. Lita hanya mengangguk namun matanya tidak berani memandangku. Aku pun tersenyum dan memberikan sebelah earphone. Lita tersenyum begitu earphone nya di pasang ke telinganya, mungkin saja ini lagu favoritnya. Sepanjang perjalanan kami terus mendengarkan musik tanpa berbicara. Kali ini aku benar-benar berharap kalau waktu bisa diberhentikan agar aku bisa dekat dengan lita selamanya. Well tapi kali ini harapan itu tidak terwujud karena aku melihat pos pemberentian terakhir dari bus ini. ”anu....”panggil ku. Lita menengok kearahku dengan wajah bertanya. ”gue mau turun” kataku pelan. lita langsung melepas earphone nya dan memberikan kepadaku. Aku tersenyum kemudian bangkit untuk turun dari bus. Turun dari bus aku hanya perlu menempuh 15 menit untuk menuju kerumah ku. Hari sudah gelap dan jalanan mulai sepi karena aku melewati jalan tikus. Perjalanan pulang kali ini sedikit janggal karena aku merasa ada seseorang yang mengikutiku.karena tidak berani menengok kebelakang aku pun mempercepat langkah ku. Namun semakin cepat aku berjalan orang dibelakangku semakin cepat pula mengikutiku. Setelah dipikir-pikir dari suara langkahnya hanya satu orang yang mengikutiku dan mungkin saja aku bisa menanganinya. Maka aku pun memberanikan diri untuk berbalik badan. ”lita?” kata ku ”h..haai” kata lit tersendat-sendat ”ngapain kamu ngikutin aku?” tanya ku ”anu, sebenarnya...” jawab lita gugup Aku tertawa mendengar jawaban lita. Ternyata dia mengikutiku karena dia lupa jalan pulang kerumah. Maklum orang baru terkadang suka lupa arah. wajah lita memerah karena aku terus saja tertawa. Akhirnya aku mengantar kan lita sampai rumah dan itu adalah keberuntungan ku karena dengan lita lupa arah aku jadi bisa tahu rumah lita. ”bisa ga kita temenan?” tanyanya begitu aku ingin pergi setelah mengantarkannya. Aku menengok dan meneliti wajahnya. Mungkin saja lita bercanda karena mana mungkin orang seperti lita ingin berteman denganku yang ada pasti dia sudah menolak begitu aku memintanya. Namun yang aku temukan wajahnya sangat serius dan memohon bahkan aku melihat diujung matanya seperti ada air mata yang siap menetes. ”sure” jawabku sambil tersenyum. Lita membalas senyumku sambil mengusap matanya. Keesokan harinya Aku sedang berjalan menuju halte. Langkah ku terhenti melihat lita yang sedang duduk berjongkok di trotoar dekat halte. Kepalanya berada diantara lutut nya sehingga wajahnya tidak kelihatan. Aku mendekati dan menepuk bahuntya. Dia mengadahkan kepala dan mengusap matanya lalu tersenyum lebar seperti melihat sesuatu yang dia impikan. ”lama sekali, yuk berangkatnya” katanya sambil menarikku. ”tadi lo nungguin gue” tanyaku sambil menahannya untuk menarikku. Dia mengangguk seperti anak kecil ”gue ga tau lo berangkatnya jam berapa jadi gue nunggu lo disini dari jam 5” katanya. Mataku membelak menatapnya. Lita hanya tersenyum dan menarikku lagi. Sampai di bus aku sama sekali tidak mengalihkan pandangan dari lita. Aku masih kaget karena lita rela menunggu ku dari jam 5. lita menengok kearah ku dan mengerutkan alisnya bertanya. ”lain kali jangan nunggu gue, bahaya” kataku. Lita langsung cemberut ”tapi gue kan mau berangkat bareng lo” kata lita ”well ntar gue jemput ajah kerumah lo” kata ku. Lita langsung tersenyum lebar dan mengangguk ”oh... okay” balasnya ”hm.. gue belum tau nama lo “ lanjut lita sambil melihat ku dengan mata bonekanya ”fahmi” kataku sambil tersenyum. ”nice name mi” Sampai disekolah kami langsung buru-buru kekelas karena sudah telat. Sampai dikelas bukanya lita duduk dikursinya melainkan mengikutiku kekursi belakang. Begitu ku tanya kenapa lita hanya tersenyum saja. Dan akhirnya jadi lah seperti ini aku duduk bersama lita di bangku belakang. Selama pelajaran jantung ku terus berdebar sangat kencang. Sesekali aku mengelus-elus daddaku agar suaranya tidak sampai ketelinga lita. Istirahatnya lita mengajakku kekantin dan aku tidak bisa menolaknya. Bagiku menolak ajakan lita sama saja dengan orang yang bodoh dan pulang nya aku mengantar lita kerumahnya. Walaupun lita mengatakan dia sudah hafal jalan pulang namun aku masih tidak percaya karena lita terdengar seperti bohong. ”thanks mi” kata lita ”no prob.....” Belum selesai kata-kataku lita memotongnya dengan mengecup pipiku. Mataku membelak menatap lita. Ini seperti mimpi yang tidak pernah aku bayangkan . Lita baru saja mencium pipiku. Lita tersenyum malu kepadaku lalu berlari masuk ke rumah. Well mungkin ini hari terbaik dari hidupku. Setelah hari itu setiap hari aku selalu menjemput bahkan mengantar lita pulang. Hubungan kami semakin lama semakin akrab. Bahkan teman-teman ku mengatakan kami seperti anak kembar siam yang tidak bisa dipisahkan. Dimana pun aku berada pasti selalu ada lita begitu juga kebalikannya. Tidak terasa sudah 6 bulan kami berteman. Namun hal yang kulakukan aku tidak pernah memperlakukan lita seperti sahabat atau pun teman namun aku memperlakukan lita seperti pacarku dan seperti nya lita sadar namun dia tidak melarangku. Malam ini seperti biasa aku mengantar lita kerumah nya. Namun ada yang beda dengan lita. Dia terus saja menunduk dan tidak banyak berbicara selagi perjalanan. Ketika sampa didepan taman kanak-kanak lita menarikku untuk masuk. Dan alhasil kami bermain ayunan di malam hari. Ketika kami sedang terhempas ke atas lita mengatakan sesuatu. ”mi, jadi pacar gue ya?” teriak lita tanpa melihat ku. Aku langsung melihat lita. Aku takut salah dengan. Lita menengok kearahku kemudian tersenyum lebar. Aku memberhentikan diri dan bangun dari ayunan. Lita mengikutiku. ”jangan bercanda”kataku serius ”engga sumpah beneran mi,.ayolah jadi co gue plis” kata lita memohon. Aku melihat ujung mata lita mulai mengeluarkan air mata. Oh god she’s crying. Aku maju kearahnya dan memeluknya. “shh… jangan nangis lita. Iya gue mau jadi cowok lo”kataku mencoba menenangkanya. Lita menarik diri dari pelukan ku dan mengadahkan wajahnya kearahku tersenyum. Malam itu kami tidak langsung pulang kerumah lita. Kami menghabiskan nya dengan bermain sekalian merayakan hari jadian kami. Mimpi yang benar-benar terwujud. 2 bulan kemudian… Dua bulan aku lwati dengan hari yang sangat membahagiakan. Lita sangat perhatian kepadaku membuatku tambah sayang kepada nya. Hari ini aku berniat memberikan lita hadiah atas kemenangannya juara model. Wajar saja pacar ku sangat cantik untuk menjadi model. Aku mengajak sandy untuk menemaniku. Sampai di mall aku langsung memilih boneka tedy bear yang tingginya hampir sediriku. ”mi..”panggil sandy sambil menepuk bahu ku ”apa” kataku tanpa melihat sandy ”itu cewe lo kan” tanya sandy ”lita lagi belajar dirumah nita”kataku ”engga beneran, liat coba”kata sandy sambil menarik wajahku paksa. ”aaapppppp..............” belum sempat aku protes, aku terkejut melihat lita didepanku sedang menggandeng berjalan dan disebelahnya adalah laki-laki. Dia sedang tidak melihatku punggungnya lah yang menghadapku. ”see, i told you”bentak sandy. “akh paling juga itu temen lita”kataku pura-pura cuek. Sandy menatapku tidak percaya. Alis nya mengerut. “apa?” tanyaku “lo bodo ya, lita lagi selingkuh didepan muka lo, lo masih biarin ajah” “ga mungkin lita kaya gitu” bela ku. Tapi apa benar lita seperti itu. Aku harus membuang pikiran ini jauh-jauh. Aku percaya lita. Ya aku percaya malaikat ku tapi keapa hati ini tidak tenang, seperti aku sedang mencoba menolak segala kemungkinan yang ada . Keesokan harinya seperti biasa aku menjemput lita dirumahnya. Estela memencet bel beberapa kali pintu rumah lita tetap tidak terbuka. Aku langsung membuka hp ku dan menghubungi lita. “halo”sapa lita “aku ada didepan rumah” “oh.. ya ampun aku lupa banget. Aku uda ada disekolah, tadi ada pelajaran tambahan kimia kamu tau kan nilai aku kaya gimana. Map ya” kata lita dengan ada menyesal “ga papa yang penting kamu udah disekolah”kataku ”thankss” kata lita kemudian menutup teleponnya. Aku mencoba tersenyum walaupun ada sedikit perasaan kecewa terhadap lita. Dengan langkah terburu-buru aku pergi kesekolah. Jam sudah menunjukan 06.30. aku terlalu lama dirumah lita. Sampai disekolah masih tersisa waktu 5 menit untuk menarik nafas. Sambil terus mengatur nafasku yang tidak karuan karena lari aku berjalan kearah kelas. Ketika masuk kelas mataku langsung menuju kearah tempat aku dan lita duduk. Namun tempat duduk itu masih kosong dan tas lita tidak ada dibangku itu. ”lita mana?” tanya ku kepada sandy. ”ga tau, tadi si gue liat dia jalan ke arah belakang sama doni” kata sandy tanpa melihat kearah ku. Mungkin dia masih kesal dengan kejadian di mall. ”doni, anak kelas 3?” tanya ku ”iya” Tanpa membuang waktu aku langsung lari ke arah belakang sekolah. Dari kejauhan aku melihat lita sedang duduk di meja dan disebelahnya ada doni. Aku memperlambat langkah ku. Langkah ku terhenti, jantungku pun seperti berhenti, mataku membelak. Didepan mataku lita dan doni berciuman. Aku mencoba membuka mulut ku yang beku. ”lit..”panggilku pelan Lita melepaskan diri dari doni begitu mendengar namaku. Mata nya yang indah membelak kaget sekaligus takut melihatku. Dia langsung bangkit dari meja dan berjalan kearahku. ”fahmi”panggil lita gemetaran. Tanpa mempedulikan panggilan lita aku pergi meninggalkannya. Baru kali ini aku merasakan sakit yang luar biasa. Mungkin kalau aku berada terus disana aku bisa meneteskan air mata. Suara lita memanggil masih saja terdengar. Aku mempercepat langkah ku dan langsung masuk kelas. Dikelas ternyata sudah ada pak alam. Setelah meminta maaf aku duduk di bangku dan mengeluarkan buku catatan ku. Aku mencoba sebisa mungkin menghilangkan kejadian yang aku lihat. Tak lama kemudian lita masuk dengan mata berkaca-kaca. ”mi” panggil lita begitu duduk dbangku nya ”apa” jawab ku singkat tanpa melihat kearahnya ”gue bisa..” ”stop, gue ga mau denger”kataku. Isakan tangis lita mulai terdengar dan semakin lama semakin keras. Lita menarik lenganku dan menyandarkan kepalanya kebahu ku. Aku diam saja tidak bereaksi. Sepanjang pelajaran lita terus menangis dan aku merasakan baju lengan ku basah karena air mata lita. Untung saja kami duduk di bangku belakang sehingga guru tidak memperhatikan. Bell istirahat berbunyi dan lita masih saja menangis. Aku sudah tidak kuat lagi melihat lita menangis seperti ini. ”lita” panggilku pelan. ”hmm” jawab lita sambil menarik diri dari ku. Aku melihat wajahnya yang sembab dan matanya merah karena menangis. ”jangan nangis lagi” kataku ”kamu ga bakal ninggalin aku kan?” tanya lita terisak isak ”why should i?” kataku sambil mencoba tersenyum “plis jangan tinggalin gue, gue janji ga bakal terulang” kata lita ”hm” kataku. Aku percaya lita. Namun keesokan harinya aku melihat lita tidak menepati janji nya. Dia jalan dengan cowok lain, aku tidak menghampirinya namun membuntutinya sepanjang jalan. Kejadian itu tidak hanya berlangsung hari itu tapi berlanjut dan dengan laki-laki yang berbeda. Suatu malam aku mengajak lita bermain ayunan didekat rumahnya ”lit”panggil ku.. Lita menengok kepadaku dan tersenyum ”apa sayang?” tanya lita ”kemarin jalan sama sapa?” tanyaku. Lita memberentikan ayunannya, wajah nya berubah menjadi pucat dan tegang. ”i..tuu” ”ga usah ngasih tau namanya ggue ga mau tau orangnya ” kata ku memotong penjelasan lita ”map” kata lita pelan lalu menunduk ”ga usah minta maaf terus, gue ngerti dan gue ga ngelarang lo buat jalan sama siapa saja. Tapi gue cuman mau ngingetin kalo status gue masih pacar lo, gue mau saat gue butuh lo entah lo lagi jalan sama siapa ajah lo harus ada disamping gue” kataku pelan tanpa menghadapnya ”maksud lo apa mi, lo ngebiarin gue sama orang lain” “kalo itu buat lo seneng gue ga masalah, asal jangan nunjukin didepan gue dan inget hanya gue cowok lo” kataku. END FLASHBACK aku tersenyum bodoh mengingat tahun ketika aku mengucapkan sesuatu yang merubah segalanya hingga Semarang. Semua ini bukan salah lita, lita berkencan dengan laki-laki lain. Tapi aku lah yang bersalah karena membiarkan lita hanya karena aku tidak mau kehilangan nya. Aku takut aku tidak bisa hidup tanpa nya. She is my oxigen dan membayangkan lita menangis memohon ampun ketika aku melihatnya dengan laki-laki didepan mataku, pemandangan itu yang membuatku lemah. Tapi sampai kapan aku harus begini, i might be die because of this. Mungkin besok aku harus bicara dengan lita. Keesokan harinya Seperti biasa aku berangkat pagi-pagi menjemput lita. Ketika sampai di rumah lita, rumah itu masih sepi. Aku memutar kenop pintu yang ternyata tidak dikunci. Aku harap aku tidak masuk kerumah lita hari ini. Hal pertama yang aku lihat sepatu laki-laki yang lita tidak mungkin memakai nya dan ketika aku masuk lebih dalam rumah tepatnya kamar lita. Mataku membelak dan kaki ku serasa mati rasa. Lita bersama laki-laki lain dikasurnya dan mereka telanjang. Tuhan tolong bunuh aku sekarang, pikiran yang ada detik itu juga. ”lit..”panggil ku lemah. ”emm..”raung lita. Lita bangkit dan mengusap matanya. Matanya membelak melihat ku. Dia langsung mendorong-dorong laki-laki yang ada dikasurnya untuk pergi. Aku melihat lita masih berbalut selimut mencoba mendorong laki-laki keluar. Aku hanya diam di tempat terlalu terkejut. Setelah beberapa saat keadaan tenang lita menyampiriku. ”mi..”lita mencoba meraih tangan ku. Aku menepisnya dengan kasar. “mandi, udah hampir telat” kataku gemetaran menahan amarah. Aku meninggalkan lita dan duduk di sofa. Setelah beberapa menit lita keluar dengan sudah memakai pakaian lengkap. Tanpa bertanya aku langsung keluar. Lita mengikutiku dan mencoba menyamai langkah ku. Kami tidak berbicara selama perjalanan. Aku terlalu marah dengan diriku sendiri. “kita putus ajah” kataku sambil menutup mata ketika istirahat dan tidak ada orang di kelas. ”hah?” hanya itu reaksi lita ”kamu marah ma aku? Aku minta maaf” kata lita ”aku ga pernah marah ma kamu, aku marah sama diri aku sendiri kenapa bikin janji bodoh itu. Its hurt me so much and i cant bear the pain.” “tapi gue sayang ma lo mi” “gue tau lo sayang ma gue. Tapi kamu ga bisa kan ninggalin kebiasaan kamu jalan ma cowok lain?” tanya ku. Lita hanya diam sambil matanya yang mulai berair. ”gue nyerah lit,aku bukan manusia sempurna yang bisa nahan sakit bertahun-tahun dan walaupun kita ga bersama gue masih sayang lo kok selamanya” Lita tetap diam dan menangis sesegukan. Aku mulai lemah melihat lita menangis. Aku bangkit dari kursi dan keluar dari kelas. Tangisan lita semakin keras. Aku menahan sekuat tenaga untuk tidak berbalik dan memeluknya dan berkata aku hanya bercanda. Ini yang terbaik pikir ku. Good bye my angel, my drug, my other half, and my oxygen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar